Puisi: Di Jalan-Jalan Kota (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Di Jalan-Jalan Kota" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan secara mendalam kehidupan anak-anak jalanan. Dengan gaya bahasa yang puitis dan ...
Di Jalan-Jalan Kota (1)


Di jalan-jalan kota telah tumbuh anak-anak bagai suburnya rerumputan
Hidup dari kenyataan yang berkembang dan mekar di tengah alam
Lahir di tepian jalan yang memanjang, ketika hari telah malam
Ketika pagi dengan sambutan kicau burung, mandi mutiara embun
Atau disembunyikan menghindari bara sinar matahari yang memanggang kulit bumi
Wahai, anak-anak yang menerima derita menerima segala kekurangan
Ibu-ibu telah menampilkan kehendak nafsu laki-laki yang memburu
Dan telah mengendapkan kepasrahan dan kekalahan perempuan
Disaksikan seluruh alam, o, ia telah merintih di puncak kesakitan
Memusatkan segala pikiran, tenaga dan seluruh kehidupan
Dan mendekatkan dirinya pada rahmat, kasih sayang kepada Yang Maha Kuasa
Ia berdoa dengan kata-kata yang lahir dari pusat batinnya
Kebesaran dan kemurahan itulah ucapan pemula doa
Seperti kewajaran orang hidup yang ingat junjungan-Nya

Di jalan-jalan telah tumbuh anak-anak bagai suburnya rerumputan
Bagai cendawan di muslin hujan kata orang yang tahu bebasan
O, kesabaran telah memandikan tubuh dari jaga kesehatan
Adakah perhitungan memelihara resep kedokteran?
Padamu hanya sesobek kain yang ditemukan di kotak-kotak pembuangan
Untuk membalut kulit yang hitam, sekadar menghindari kedinginan
Sekadar memberi tanda anak manusia, yang dipelihara dengan segala keprihatinan


Di Jalan-Jalan Kota (2)


Di jalan-jalan kota yang telah tumbuh anak-anak bagai suburnya rerumputan
Anak-anak yang dewasa karena ditempa kemiskinan ditempa kehidupan
Adalah buah yang matang sebelum waktunya memikul tanggung jawab
Memikul beban seribu macam kesulitan dan seribu macam sebab
Wahai, mimpinya sepiring nasi dan tempat tinggal yang cukup hangat

Di jalan-jalan kota telah tumbuh anak-anak bagai suburnya rerumputan
Anak-anak yang memenuhi hidup di jalan-jalan terbesar ibu kota
Memenuhi hidup di jantung keramaian kota Surakarta, menyebar di lorong-lorong
Di kota-kota: Surabaya, Semarang dan Yogyakarta. Di Bandung dan kota mana saja
Adakah angin bertiup yang menampar lembah. Adakah badai dalam hujan
Adakah rajawali melebar sayap menantang alam, menandingi ancaman

Di jalan-jalan kota telah tumbuh anak-anak bagai suburnya rerumputan
Nyanyimu adalah harapan, hak hidup dan hari depan
Nyanyimu adalah seluruh suara yang berkumandang
Suara keyakinan menolak putus asa
Suara orang-orang yang pundaknya dibebani derita dan kecemasan
Wahai, akan tampil lagi seribu, sejuta, o entah berapa yang tercipta
Padamu akan tampil inti derita yang menuntut keadilan.

Jakarta, 1964

Sumber: Horison (Juli, 1966)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Jalan-Jalan Kota" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan realitas kehidupan anak-anak jalanan di kota-kota besar, membawa pembaca masuk ke dalam suasana pahit dan penuh tantangan yang mereka hadapi setiap hari.

Tema

  1. Kehidupan Anak Jalanan: Puisi ini secara tegas mengangkat tema kehidupan anak jalanan. Penulis merinci aspek-aspek kehidupan mereka, mulai dari kelahiran di tepi jalan, derita, kesulitan, hingga harapan dan mimpi-mimpi yang mereka anut.
  2. Ketidakadilan Sosial: Puisi ini mencerminkan ketidakadilan sosial yang dihadapi anak jalanan. Mereka tumbuh di tengah masyarakat yang mungkin lebih memprioritaskan kepentingan individu atau kelas sosial tertentu, dan mereka dihadapkan pada kesulitan hidup yang mencakup kemiskinan, ketidakpastian, dan kekurangan.
  3. Harapan dan Kekuatan Jiwa: Meskipun menghadapi kehidupan yang sulit, puisi ini juga menyoroti harapan dan kekuatan jiwa anak-anak jalanan. Mereka terlihat dewasa sebelum waktunya dan memikul tanggung jawab yang berat. Nyanyian mereka dianggap sebagai suara keyakinan dan penolakan terhadap putus asa.

Gaya dan Bahasa

  1. Metafora dan Personifikasi: Puisi ini menggunakan metafora dan personifikasi untuk memberikan gambaran yang kuat. Anak-anak jalanan digambarkan tumbuh seperti suburnya rerumputan, yang dapat diartikan sebagai kekuatan dan ketangguhan mereka di tengah kesulitan.
  2. Imaji yang Kuat: Imaji dalam puisi ini memberikan gambaran yang kuat tentang kehidupan anak-anak jalanan di jalan-jalan kota. Gambaran tentang lorong-lorong, jantung keramaian kota, dan keberanian menghadapi ancaman menjadi sangat nyata bagi pembaca.

Makna dan Simbolisme

  1. Nyanyian sebagai Harapan: Nyanyian anak-anak jalanan diartikan sebagai harapan dan hak hidup mereka. Suara mereka menjadi representasi keyakinan dan keteguhan jiwa dalam menghadapi tantangan hidup.
  2. Kota sebagai Panggung Kehidupan: Kota di sini bukan hanya latar belakang, tetapi juga panggung kehidupan bagi anak-anak jalanan. Kota menjadi simbol tantangan, ketidakpastian, dan kehidupan yang keras yang harus mereka hadapi.
Puisi "Di Jalan-Jalan Kota" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan secara mendalam kehidupan anak-anak jalanan. Dengan gaya bahasa yang puitis dan imajinatif, puisi ini memberikan pengalaman membaca yang mendalam dan memaksa pembaca untuk merenungkan realitas pahit yang dihadapi oleh anak-anak jalanan. Tidak hanya berfokus pada kesulitan mereka, tetapi juga menggambarkan kekuatan jiwa dan harapan yang tetap hidup di tengah-tengah kenyataan yang sulit.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Di Jalan-Jalan Kota
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.