Analisis Puisi:
Puisi "Di Makam Ayah" karya Dodong Djiwapradja adalah penggambaran yang mendalam tentang kematian dan perpisahan.
Proses Kematian: Puisi ini menggambarkan proses kematian sebagai suatu perjalanan yang tidak tiba-tiba. Penyair menggambarkan bahwa kematian memberi tanda-tanda, mulai dari kaki hingga mencapai bagian tubuh yang lebih vital.
Derita dan Panggilan: Meskipun kematian dihubungkan dengan derita, penulis menyatakan bahwa itu sebenarnya adalah panggilan. Panggilan ini menjadi jalan untuk menyebut nama Tuhan. Ini mencerminkan pemahaman spiritual tentang kematian sebagai peristiwa yang membawa kita lebih dekat pada Tuhan.
Perpisahan yang Tenang: Penutup puisi menggambarkan perpisahan yang tenang. Senyum yang muncul seperti perpisahan di stasiun atau di atas tangga kereta menyoroti kesan tenang dan damai yang diperoleh seseorang saat mereka menerima kematian.
Kehilangan dan Kehadiran Nisan: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran tentang kehilangan yang terasa saat cahaya semakin memudar. Yang tersisa hanyalah nisan, yang menjadi simbol dari keberadaan yang pernah ada.
Puisi "Di Makam Ayah" karya Dodong Djiwapradja adalah refleksi yang dalam tentang kematian dan perpisahan. Melalui gambaran yang kuat dan bahasa yang sederhana, puisi ini menggambarkan kematian sebagai suatu panggilan yang membawa kita lebih dekat pada Tuhan, serta perpisahan yang tenang dan damai. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian, serta menemukan ketenangan dalam pemahaman akan siklus alamiah kehidupan.