Puisi: Di Makam Ayah (Karya Dodong Djiwapradja)

Puisi "Di Makam Ayah" karya Dodong Djiwapradja menggambarkan kematian sebagai suatu panggilan yang membawa kita lebih dekat pada Tuhan, serta ....
Di Makam Ayah

Maut bagimu bukan datang tiba-tiba
Tapi beri tanda, serupa sebuah maklumat

Bagi yang tua renta, dimulai dari kaki
Kemudian menyelinap, sampai paha
Derita adalah sesuatu yang fana
Bagi setiap orang, biar ia lelaki

Tapi ini bukan derita, namun panggilan
Karena, bila sampai di dada
Lalu kausebut nama Tuhan

Kemudian tersenyum, bagai peristiwa perpisahan
Di stasiun, di atas tangga kereta

Atau
Pelan-pelan pudar
Terasa bagai cahaya
Dari sebuah pelita
Padam, menghilang

Yang tinggal hanya nisan

1960

Sumber: Kastalia (1997)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Makam Ayah" karya Dodong Djiwapradja adalah penggambaran yang mendalam tentang kematian dan perpisahan.

Proses Kematian: Puisi ini menggambarkan proses kematian sebagai suatu perjalanan yang tidak tiba-tiba. Penyair menggambarkan bahwa kematian memberi tanda-tanda, mulai dari kaki hingga mencapai bagian tubuh yang lebih vital.

Derita dan Panggilan: Meskipun kematian dihubungkan dengan derita, penulis menyatakan bahwa itu sebenarnya adalah panggilan. Panggilan ini menjadi jalan untuk menyebut nama Tuhan. Ini mencerminkan pemahaman spiritual tentang kematian sebagai peristiwa yang membawa kita lebih dekat pada Tuhan.

Perpisahan yang Tenang: Penutup puisi menggambarkan perpisahan yang tenang. Senyum yang muncul seperti perpisahan di stasiun atau di atas tangga kereta menyoroti kesan tenang dan damai yang diperoleh seseorang saat mereka menerima kematian.

Kehilangan dan Kehadiran Nisan: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran tentang kehilangan yang terasa saat cahaya semakin memudar. Yang tersisa hanyalah nisan, yang menjadi simbol dari keberadaan yang pernah ada.

Puisi "Di Makam Ayah" karya Dodong Djiwapradja adalah refleksi yang dalam tentang kematian dan perpisahan. Melalui gambaran yang kuat dan bahasa yang sederhana, puisi ini menggambarkan kematian sebagai suatu panggilan yang membawa kita lebih dekat pada Tuhan, serta perpisahan yang tenang dan damai. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian, serta menemukan ketenangan dalam pemahaman akan siklus alamiah kehidupan.

Puisi
Puisi: Di Makam Ayah
Karya: Dodong Djiwapradja
    Biodata Dodong Djiwapradja:
    • Dodong Djiwapradja lahir di Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 25 September 1928.
    • Dodong Djiwapradja meninggal dunia pada tanggal 23 Juli 2009.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.