Analisis Puisi:
Puisi "Di Seberang Hari" karya Upita Agustine menggambarkan perjalanan waktu, nostalgia, dan refleksi terhadap kehidupan. Dengan bahasa yang indah dan penuh makna, puisi ini mengeksplorasi kompleksitas pengalaman manusia dalam menghadapi masa lalu, kini, dan masa depan.
Tema dan Motif
- Perjalanan Waktu: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perjalanan waktu yang tidak terbatas. "Di Seberang Hari" menggambarkan sosok misterius yang datang pada siang atau malam, mewakili kehadiran waktu yang terus berjalan tanpa henti.
- Nostalgia dan Tangisan Masa Lalu: Puisi menyentuh tema nostalgia dengan merujuk pada "jendela masa lalu" dan penggunaan kata-kata seperti "tangis" dan "ratap." Ini menggambarkan perasaan melankolis dan penyesalan terhadap masa lalu.
- Perjalanan Pulang dan Batu Sandi: Tokoh dalam puisi ini "bergegas pulang" melewati berbagai zaman, menancapkan "batu sandi" di tanah yang dipilihnya sendiri. Hal ini bisa diartikan sebagai upaya untuk meninggalkan jejak dan makna di dunia, meskipun perjalanannya penuh dengan tantangan.
- Pengulangan Waktu: Ungkapan "entah berlalu siang, entah berlalu malam" menekankan pada sifat berulang dan tak terduga dari waktu. Hal ini menciptakan suasana ketidakpastian yang melekat pada perjalanan hidup.
- Pembangunan Ulang Cermin Hidup: Puisi menggambarkan upaya untuk "menyusun kembali cermin hidup yang terserak" dan "menjalin kembali benang kasih yang kusut." Ini bisa diartikan sebagai proses pemahaman diri dan rekonsiliasi terhadap kehidupan yang mungkin telah berantakan.
- Antara Sangsai dan Sangsi: Kontras antara "sangsai" (kepercayaan) dan "sangsi" (keraguan) menciptakan ketegangan batin di dalam puisi. Tokoh dalam puisi ini terjebak antara keyakinan dan keragu-raguan dalam menghadapi hidup.
- Perempuan Pemberdaya: Puisi menonjolkan perempuan sebagai figur pemberdaya, yang dapat "membasuh kembali kehidupan yang kusam" dengan jari-jari mereka sendiri. Ini menunjukkan peran penting perempuan dalam proses penciptaan dan pemulihan.
Gaya Bahasa dan Imaji
- Metafora: Puisi ini menggunakan metafora seperti "jendela masa lalu" untuk menciptakan gambaran tentang hubungan manusia dengan waktu.
- Personifikasi: Menggunakan personifikasi pada waktu dengan kata-kata seperti "bergegas pulang" dan "melewati bulan dan matahari" memberikan karakteristik manusia pada konsep abstrak.
- Imaji yang Kuat: Puisi ini membangun gambar-gambar kuat, seperti "cermin hidup yang terserak," "jejak langkah yang dibasuh kembali," dan "asapnya mengepul menabur harap." Imagery ini memperkaya pengalaman pembaca dan menciptakan suasana yang mendalam.
Puisi "Di Seberang Hari" bukan hanya menciptakan gambaran poetik tentang perjalanan waktu dan eksistensi manusia, tetapi juga menawarkan pengalaman emosional dan spiritual. Upita Agustine berhasil menggambarkan perasaan kompleks, nostalgia, dan refleksi dengan menggunakan bahasa yang indah dan penuh makna. Puisi ini memotret kehidupan sebagai perjalanan yang abadi, di mana waktu dan ruang menjadi elemen sentral dalam pengalaman manusia.
Karya: Upita Agustine
Biodata Upita Agustine:
- Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.