Puisi: Gunung Bromo (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Gunung Bromo" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan keindahan alam dan hubungan yang kompleks antara manusia dan alam.
Gunung Bromo
Buat: kawan-kawan
dari Universitas Erlangga

Malam dan lautan pasir dihapus kegelapan
Angin mati meskipun tubuh berdekatan
Sepanjang jalan mendatar dan meraba sepi
Puncakmu anggun! Engkau minta tetap sendiri!

Sore tadi aku bergandengan rapat
Jalan terus mendaki! Mendesah nafas
Jari-jari kurusmu lembut sekali
Kata orang engkau telah dipinang
Bunga mawar rekah! Sedang aku
Ranting kering dekatmu terjaring
Luka oleh duri menusuk tubuh
Membangunkan gairah meskipun udara dingin
Berjalin tangan dalam mencari
Cahaya mentari pagi gemilang.
Mari! Meraih kekosongan ruang ini!

Kuda-kuda terus mendesah
Kutatap mata pagimu di sini
Ada yang datang untuk berkah
Ada yang datang karena resah
Kau dan aku mengeja
Dataran dan pasir ini
Gerak jari dan tapak kaki
Mendaki! Terus mendaki!

Ngadisari, 16 Agustus 1983

Sumber: Luka Bunga (1991)

Analisis Puisi:
Puisi "Gunung Bromo" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan alam Gunung Bromo di Jawa Timur, Indonesia. Puisi ini menciptakan suasana yang tenang dan mempesona sambil merenungkan hubungan antara manusia dan alam.

Deskripsi Visual: Puisi ini menggambarkan pemandangan Gunung Bromo secara sangat visual. Penulis menggunakan kata-kata untuk menggambarkan keindahan puncak gunung yang anggun, lautan pasir yang luas, dan keheningan malam yang diikuti oleh cahaya matahari pagi yang gemilang. Deskripsi ini memberikan gambaran yang kuat tentang keindahan alam Gunung Bromo.

Hubungan Manusia dan Alam: Puisi ini menciptakan perasaan bahwa manusia dan alam memiliki hubungan yang dekat. Penulis menggambarkan bagaimana manusia dan alam bergandengan tangan dalam mendaki menuju puncak Gunung Bromo. Ini bisa diartikan sebagai perasaan kerja sama dan keharmonisan antara manusia dan alam.

Kontras Antara Keindahan dan Kekeringan: Meskipun puisi ini menggambarkan keindahan alam yang memukau, ada juga unsur kontras dalam puisi ini. Puncak gunung yang anggun dijukstaposisikan dengan ranting kering yang menusuk tubuh. Ini bisa diartikan sebagai simbol konflik dan ketegangan yang ada dalam hubungan antara manusia dan alam, di mana keindahan alam seringkali terancam oleh tindakan manusia yang merusak.

Semangat dan Perjuangan: Puisi ini menciptakan perasaan semangat dan perjuangan dalam mencapai keindahan alam yang luar biasa. Mendaki gunung adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah, tetapi hal itu membawa hadiah dalam bentuk pemandangan yang memukau. Pesan di sini adalah bahwa keindahan sering kali memerlukan usaha dan perjuangan.

Pemahaman tentang Alam: Puisi ini juga merenungkan pemahaman manusia tentang alam. Manusia datang ke Gunung Bromo baik untuk "berkah" atau "resah," yang bisa diartikan sebagai mencari spiritualitas atau merenungkan makna kehidupan. Gunung Bromo adalah tempat yang memungkinkan manusia untuk merenungkan eksistensi mereka dalam konteks alam semesta yang luas.

Puisi "Gunung Bromo" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan alam dan hubungan yang kompleks antara manusia dan alam. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan alam yang memukau dan makna yang bisa ditemukan dalam perjalanan manusia di dunia ini.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Gunung Bromo
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.