Puisi: Jemu (Karya M. Balfas)

Puisi "Jemu" karya M. Balfas menciptakan gambaran kuat tentang perjuangan seseorang untuk membebaskan diri dari kendali dan tuntutan eksternal.
Jemu

Tuan bersabda:
Tenanglah!
Sedang jiwaku Tuan landa.

Tuan menitah:
Sujudlah!
Sedang jiwa tak mau patah.

Tuan bertabligh:
Patuhlah!
Semacam sapi rela disembelih.

Lalu aku berkata:
Sudahlah!
Diriku tetap mau ada.

Buku itu suci!
Berikanlah!
Aku sendiri mau mencari.

Mulut Tuan putih berbusa!
Tutuplah!
Aku mau merdeka.

1945

Sumber: Pembangunan (Tahun I Nomor 21–22, 10–25 Oktober 1946)

Analisis Puisi:
Puisi "Jemu" karya M. Balfas adalah karya sastra yang pendek namun sarat dengan makna dan ekspresi emosi yang kuat. Puisi ini menggambarkan perasaan seseorang yang merasa lelah, muak, dan ingin mengejar kebebasan dan kemandiriannya.

Ekspresi Kejenuhan: Puisi ini secara langsung mengungkapkan perasaan kejenuhan dan ketidakpuasan terhadap perintah-perintah atau tuntutan yang diberikan oleh "Tuan." Tokoh dalam puisi ini merasa bosan dan muak dengan keterbatasan dan kendali yang dikenakan padanya.

Konflik dengan Otoritas: Puisi ini menciptakan konflik antara individu (pemujanya) dan otoritas (Tuan). Otoritas tersebut mungkin melambangkan aturan, norma, atau tuntutan sosial yang membatasi kebebasan dan ekspresi diri individu.

Pencarian Identitas: Tokoh dalam puisi ini mencari identitas dan kemerdekaan pribadi. Dia ingin mengejar jiwanya yang merdeka dan tidak terkekang oleh perintah-perintah yang membuatnya merasa terjebak.

Simbolisme: Puisi ini menggunakan simbolisme, seperti perintah "Tuan" yang dapat diartikan sebagai simbol otoritas atau agama. Mulut Tuan yang berbusa mungkin menggambarkan fanatisme agama atau peraturan yang ketat.

Kemandirian: Pesan utama puisi ini adalah tentang dorongan untuk mencari kemandirian dan kebebasan. Tokoh dalam puisi ini menolak untuk tunduk pada perintah dan lebih memilih untuk mencari jalan sendiri.

Pembebasan: Puisi ini mengekspresikan keinginan untuk membebaskan diri dari norma-norma yang membatasi. Ini dapat dianggap sebagai panggilan untuk memerdekakan diri dari kendali eksternal dan mengejar kehidupan yang lebih autentik.

Penegasan Diri: Di baris terakhir, tokoh dalam puisi ini menegaskan bahwa dia ingin mencari sendiri, mengejar kebenaran atau pemahaman tanpa diberi perintah. Ini adalah penegasan kuat atas hak untuk mengejar identitas dan kebebasan pribadi.

Puisi "Jemu" menciptakan gambaran kuat tentang perjuangan seseorang untuk membebaskan diri dari kendali dan tuntutan eksternal. Ini adalah ekspresi yang kuat tentang hasrat untuk menemukan dan mengejar jalan hidup yang sesuai dengan keinginan dan keyakinan individu.

Puisi
Puisi: Jemu
Karya: M. Balfas
    Biodata M. Balfas:
    • Nama lengkap Muhammad Balfas.
    • M. Balfas lahir di Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat, 25 Desember 1922.
    • M. Balfas meninggal dunia di Jakarta, 5 Juni 1975 (pada umur 52 tahun).
    • M. Balfas termasuk dalam Angkatan '45.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.