Puisi: Kalau Ciliwung Ada, Saudara (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Kalau Ciliwung Ada, Saudara" mencerminkan kompleksitas dan kontras dalam kehidupan kota Jakarta. Dengan mencakup beragam aspek sosial, ....
Kalau Ciliwung Ada, Saudara

Kalau Ciliwung ada, Saudara
Jakarta mengapung di atasnya!

Jakarta adalah Jakarta
Terimalah cintaku yang tulus ini!

Jakarta kadang oleng
Jakarta kadang tegak
Jakarta kadang tersedu
Jakarta kadang tertawa
Jakarta kadang runduk tiarap
Jakarta kadang kukuh angkuh
Jakarta kadang brandal kampungan
Jakarta kadang penuh gaya
Jakarta kadang sopan seperti layaknya raja-raja

Jakarta adalah Jakarta
Terimalah cintaku yang tulus ini!

Jakarta menikam Jakarta
Jakarta ditikam Jakarta

Jakarta punya swalayan, plaza, gedung-gedung dan
kantor-kantor menjulang tinggi

Jakarta punya jembatan layang yang ruwet malang melintang
Jakarta punya rumah megah bersusun, real estate
dan taman-taman mungil
Jakarta punya rumah darurat, gubug-gubug reot dan tenda plastik
Jakarta punya kanal, saluran-saluran, selokan,
comberan, gorong-gorong lengkap dengan para penghuninya
Jakarta adalah Jakarta
Terimalah cintaku yang tulus ini!

Jakarta kadang tekanan darahnya tinggi
Jakarta kadang tekanan darahnya rendah sekali
Jakarta kadang debar jantungnya tak teratur
Jakarta kadang berdangdut ria sepanjang umur

Jakarta adalah Jakarta
Terimalah cintaku yang tulus ini!

Jakarta menolak para peramal
Jakarta ajang dukun-dukun yang handal

Kalau Ciliwung ada, Saudara
Jakarta mengapung di atasnya.

Jakarta adalah Jakarta
Terimalah cintaku yang tulus ini!

Jakarta, 3-5 Agustus 1997 - 21 Agustus 1999

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Kalau Ciliwung Ada, Saudara" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah pernyataan cinta yang kompleks terhadap Jakarta, ibu kota Indonesia, dan sungai Ciliwung yang melintasinya.

Cinta dan Kebanggaan terhadap Jakarta: Puisi ini mencerminkan rasa cinta dan kebanggaan penyair terhadap Jakarta, dengan menyatakan bahwa kota ini "mengapung di atasnya." Ini menunjukkan penghormatan dan kekaguman terhadap Jakarta sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia.

Dualitas dan Kompleksitas Kota: Penyair mengekspresikan dualitas dan kompleksitas Jakarta melalui penggambaran beragam sisi kota, mulai dari kemegahannya hingga kondisi sosial yang rumit. Jakarta digambarkan sebagai kota yang kadang tegak, kadang oleng, kadang penuh gaya, kadang juga brandal, menyoroti kontras yang ada dalam kehidupan kota metropolitan.

Kontras dalam Keadaan Sosial dan Infrastruktur: Puisi ini menggambarkan kontras antara infrastruktur modern Jakarta, seperti gedung pencakar langit dan jembatan layang, dengan kondisi sosial yang kompleks, termasuk rumah-rumah darurat dan kanal yang ditempati oleh penduduk miskin. Ini mencerminkan ketidaksetaraan dan ketimpangan sosial yang ada di dalam kota.

Kritik terhadap Masalah Kesehatan Kota: Penyair menyentuh masalah kesehatan Jakarta, seperti tekanan darah yang tinggi dan tidak teratur, sebagai metafora untuk keadaan yang tidak stabil dan sulit diprediksi dalam kehidupan kota yang dinamis.

Penolakan terhadap Ramalan dan Dukun: Puisi ini menolak ramalan dan dukun sebagai bentuk penolakan terhadap praktik-praktik yang tidak rasional atau mistis dalam menghadapi masalah kota. Ini mencerminkan semangat penyair untuk menghadapi tantangan dan mengubah keadaan dengan cara yang lebih realistis.

Pengakhiran dengan Harapan terhadap Ciliwung: Penutup puisi dengan ungkapan "Kalau Ciliwung ada, Saudara / Jakarta mengapung di atasnya" menunjukkan harapan akan perbaikan lingkungan dan kehidupan di Jakarta melalui pemulihan sungai Ciliwung yang tercemar.

Puisi "Kalau Ciliwung Ada, Saudara" mencerminkan kompleksitas dan kontras dalam kehidupan kota Jakarta. Dengan mencakup beragam aspek sosial, infrastruktur, dan lingkungan kota, penyair mengekspresikan cinta, kebanggaan, tetapi juga keprihatinan terhadap keadaan Jakarta. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tantangan dan harapan yang melekat dalam kehidupan kota modern.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Kalau Ciliwung Ada, Saudara
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.