Puisi: Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran" karya Hartojo Andangdjaja menggambarkan betapa mengerikannya dunia di bawah rezim yang mengekang dan ...
Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran


Kalau mereka menang, sayang
Merah putih akan diturunkan dari tiang
dan bendera merah dikibarkan
dan kebangsaan jadi barang hinaan

Dan lagu yang pertama pertama bukan lagi Indonesia Raya
lagu yang pertama, sayang, ah mereka sudah punya
dan kota yang pertama bukan lagi Jakarta
kota yang pertama, sayang, ah jauh di utara

Kalau mereka menang, tak ada lagi mesjid dan gereja, sayang
di mana kita bisa bertenang dalam doa dan sembahyang
dan di langit tidak lagi akan mengawang
suara azan, dan bunyi lonceng yang berkeleneng panjang

Karena doa dan sembahyang ialah kerinduan
karena doa dan sembahyang ialah sendu yang rawan
Dan mereka, sayang, tak pernah punya kerinduan
dan mereka, sayang, tak pernah rasakan sendu yang rawan

Kita pun tak punya lagi puisi yang indah
atau musik sahdu yang mengalun lewat radio di rumah-rumah
karena puisi mereka tukar dengan slogan-slogan yang disajakkan
dan musik mereka tukar dengan semboyan-semboyan yang dilagukan

dan tari yang dipertunjukkan, dan lukisan yang dipamerkan
adalah juga slogan dalam bentuk lain dituangkan
dan film yang diputar bukan lagi film tentang beragam kehidupan
dan film yang diputar, ah kau pun tahu, sayang, dari mana didatangkan

kalau mereka menang, hanya orang-orang atasan diutamakan
dalam mobil-mobil mewah mereka lewat di jalanan
sementara kita berderet dalam antri menunggu beras dibagikan
pada suatu siang dengan hati lesu dan kupon di tangan

Kalau mereka menang, bahkan anak-anak pun akan kehilangan kebebasan
di malam terang mereka tak boleh lagi berdendang: bulan... bulan...
karena bulan membangkitkan keharuan yang dikutuk diharamkan
dan demikianlah, sayang, anak-anak manis kehilangan bulan

dan di kamp-kamp tawanan di mana akhirnya kita pun dipadatkan
di sana kekejaman jadi pesta kebanggaan
dan kemenangan mereka rayakan dalam gelak
dan kemanusiaan, sayang, sudah lama terdepak

sementara di luar matahari pun bersinar pudar
kehidupan kehilangan warnanya yang segar
kehidupan tak punya lagi keragaman
dalam suatu zaman di mana berkuasa para tiran


Sumber: Buku Puisi (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran" karya Hartojo Andangdjaja adalah ungkapan keprihatinan dan ketakutan terhadap potensi negatif dari kekuasaan para penguasa otoriter.

Kehilangan Identitas Nasional: Puisi ini menggambarkan bahwa jika para tiran berkuasa, maka negara akan kehilangan identitas nasionalnya. Ini tercermin dalam penggantian lambang nasional seperti bendera dan lagu kebangsaan dengan simbol-simbol baru yang diperkenalkan oleh rezim otoriter.

Kehilangan Kebebasan Beragama: Puisi ini menyiratkan bahwa kekuasaan para tiran dapat mengancam kebebasan beragama. Penyair menggambarkan bahwa tempat-tempat ibadah seperti masjid dan gereja mungkin akan dihapus atau dibatasi.

Kehilangan Warisan Budaya: Penyair merenungkan kemungkinan kehilangan warisan budaya, seperti puisi, musik, tari, dan seni. Pemerintah otoriter sering menggantikan ekspresi budaya dengan propaganda dan pesan politik.

Ketidaksetaraan Sosial: Puisi ini mencerminkan ketidaksetaraan sosial yang mungkin terjadi dalam pemerintahan otoriter, di mana hanya elite pemerintah yang mendapatkan keuntungan dan kendali, sementara masyarakat biasa berjuang untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti beras.

Kehilangan Kebebasan Berpendapat: Puisi ini mencerminkan ketakutan bahwa di bawah pemerintahan tirani, kebebasan berpendapat akan dihancurkan. Puisi tersebut menggambarkan bahwa tari, lukisan, dan film hanya akan digunakan untuk menyampaikan propaganda rezim.

Kehilangan Kebebasan Pribadi: Puisi ini menggambarkan bagaimana pemerintah otoriter dapat mengintervensi dalam kehidupan pribadi, bahkan melarang anak-anak untuk bernyanyi tentang bulan, yang pada dasarnya adalah simbol keindahan dan kebebasan.

Kekerasan dan Kekejaman: Puisi ini menggambarkan bahwa pemerintahan tirani akan menggunakan kekejaman dan kekerasan untuk menindas rakyat. Puisi ini menggambarkan suasana mencekam di kamp-kamp tawanan dan hilangnya kemanusiaan.

Puisi "Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran" adalah sebuah peringatan tentang bahaya pemerintahan otoriter dan dampaknya terhadap kebebasan, budaya, dan hak asasi manusia. Penyair menggambarkan betapa mengerikannya dunia di bawah rezim yang mengekang dan mengontrol kehidupan masyarakat.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.