Puisi: Kota-Kota Tercinta (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Kota-Kota Tercinta" karya Hartojo Andangdjaja menciptakan gambaran yang kaya tentang kehidupan kota, kompleksitasnya, serta pengaruhnya.
Kota-Kota Tercinta


Kota-kota tercinta
antena-antena pemancar beragam suara
antena-antena penangkap hingar dunia
timbunan kegiatan dan tempat kesibukan bermuara
di mana siang yang membakar memeluhkan keringat kerja
mengepulkan debu dan kau bensin di udara
dan malam yang menyegarkan memulihkan kembali segala tenaga
kadang dengan sinar menggenang di mana-mana
dan bulan bersarang di pohon cemara -

kota-kota yang kadang bertekun dalam kerja
dan kadang-kadang ketawa dan alpa
yang di sibuk siangnya menghitung merencana
membuat grafik, menulis angka-angka
dan di senggang malamnya menyalakan lampu-lampu pesta -

kota-kota di mana pengemis dan jutaan anak kandungnya
di mana dalam peluknya yang mesra
pelacur melupakan sendunya
dan penyair menyusupkan rindunya -

kota-kota yang mengasuh aku dalam peradabannya
dan melambaikan padaku kibaran biru mimpi-mimpinya
yang melatih aku bersepatu
mengajar aku membaca buku-buku
dan membuat aku menuliskan dalam sajak segala yang kurindu -

kota-kota ini
di manakah akan kulihat kembali
kalau aku mati nanti

Aku akan melihatnya kembali
- kalau aku mati nanti -
dalam jiwaku sendiri

seperti panorama-panorama dalam mimpi
seperti tamasa-tamasa dalam puisi
seperti peta-peta, yang terkembang dalam diri


Sumber: Buku Puisi (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Kota-Kota Tercinta" karya Hartojo Andangdjaja adalah suatu penghormatan terhadap kota-kota yang memiliki peran penting dalam kehidupan penyair.

Penggambaran Kota-Kota: Puisi ini secara visual menggambarkan kota-kota sebagai pusat kegiatan yang beragam. Kota-kota ini digambarkan dengan antena-antena pemancar yang mengirimkan berbagai suara dan menangkap informasi dari seluruh dunia. Gambaran ini menciptakan kesan kota-kota sebagai tempat yang hidup dan dinamis.

Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini mencerminkan kehidupan sehari-hari di kota, termasuk kerja keras pada siang hari dan kehidupan malam yang menyegarkan. Ini merujuk pada siklus kerja dan istirahat yang umum terjadi dalam kehidupan kota.

Kota sebagai Sumber Inspirasi: Penyair mengungkapkan bagaimana kota-kota telah memengaruhi dan memberi inspirasi kepadanya. Kota-kota ini adalah tempat di mana penyair telah belajar, berkembang, dan menemukan berbagai aspek kehidupan, termasuk seni seperti sastra.

Kekontrasan Kota: Puisi ini menyoroti kontras dalam kehidupan kota, seperti ketertiban dan kekacauan, kesibukan siang dan hiburan malam, serta realitas sosial yang beragam seperti pengemis, pelacur, dan penyair. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang beragam dan kompleks di kota-kota.

Kota dalam Kenangan: Puisi ini juga merenungkan tentang bagaimana penyair akan mengenang kota-kota ini ketika dia mati. Ini menciptakan perasaan nostalgia dan hubungan emosional yang mendalam dengan kota-kota tersebut.

Refleksi dalam Jiwa: Puisi ini menggambarkan bahwa kota-kota ini akan terus hidup dalam jiwa penyair, bahkan setelah dia mati. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana kota-kota tersebut akan menjadi bagian dari warisan pribadinya.

Puisi "Kota-Kota Tercinta" adalah sebuah perjalanan emosional melalui pengalaman dan kenangan penyair di berbagai kota. Ini menciptakan gambaran yang kaya tentang kehidupan kota, kompleksitasnya, serta pengaruhnya dalam pembentukan diri seseorang.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Kota-Kota Tercinta
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.