Puisi: Makam (Karya Mansur Samin)

Puisi: Makam Karya: Mansur Samin
Makam


Sekeping papan rimbun kembang lalang
menyeling semak rumbia dan pokok tusam
di sinilah kiranya tempatmu makam
dikabarkan di front Selatan

Jiwa muda sering terbawa arus
adakah itu nasibmu, adikku
dari suratmu dulu berisi kata-kata garang
masihkah ingat, apa kumaksud kesederhanaan?

Di bawah kemijap bintang dini malam
memadat tangisku diam
paman kita telah menyusulmu datang

Tinggallah adik
memang hidupku sebaiknya tersisih
arti perang sudah lama tak kumaklumi


Sumber: Angkatan 66 (1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Makam" karya Mansur Samin memiliki beberapa poin menarik. Berikut adalah beberapa hal yang menonjol dalam puisi ini:
  1. Deskripsi Makam yang Rimbun: Puisi ini menggambarkan sekeping papan rimbun di tengah semak rumbia dan pokok tusam. Deskripsi ini menciptakan gambaran tentang keadaan makam yang alami dan dikelilingi oleh alam. Hal ini dapat menggambarkan kedamaian dan keindahan yang ada di sekitar tempat peristirahatan terakhir.
  2. Pertanyaan tentang Nasib dan Kesederhanaan: Puisi ini mengandung pertanyaan tentang nasib dan kesederhanaan. Penyair merujuk pada surat adiknya yang berisi kata-kata garang dan mengingatkan tentang arti kesederhanaan. Hal ini mencerminkan refleksi penyair terhadap perjalanan hidup dan makna yang terkandung dalam pengalaman tersebut.
  3. Tangisan dan Kehilangan: Puisi ini mencatat tangisan yang terdiam di bawah kemijap bintang dini malam. Hal ini menggambarkan kesedihan dan kehilangan yang dirasakan penyair atas kepergian orang-orang terdekat, seperti paman dan adiknya. Tangisan dan kehilangan tersebut menciptakan suasana yang melankolis dalam puisi.
  4. Penerimaan dan Ketidakpahaman atas Arti Perang: Puisi ini menyatakan bahwa penyair tinggal dan menerima hidup yang tersisih. Penyair juga mengungkapkan bahwa arti perang sudah lama tidak dimengerti atau kumaklumi. Hal ini mencerminkan ketidakpahaman atau pertanyaan yang ada dalam diri penyair tentang alasan dan makna di balik perang.
Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan gambaran makam yang rimbun, pertanyaan tentang nasib dan kesederhanaan, serta tangisan dan kehilangan yang dirasakan penyair. Puisi ini juga menggambarkan penerimaan dan ketidakpahaman terhadap arti perang.

Mansur Samin - Horison
Puisi: Makam
Karya: Mansur Samin

Biodata Mansur Samin:
  • Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
  • Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
  • Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
  • Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
  • Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.