Puisi: Mengejar Musim (Karya Upita Agustine)

Puisi "Mengejar Musim" karya Upita Agustine adalah karya yang sarat dengan gambaran alam dan perasaan, menciptakan atmosfer yang puitis dan ....
Mengejar Musim


Badai dalam bayang tatapmu
Terlambat kuredakan
Saat meniti buih nafsu
Dalam nafas waktu yang lelah
Membawa rindu yang kita pelihara
Pada musim yang luput dari ramalan cuaca hati kita
Wajah sepi hari berlari nyanyikan lagu perpisahan
Pada tarian mimpi-mimpi ranjang penganten kita
Kusentuh dirimu dengan diriku
Dalam doaku
Kucium aroma bunga rumput dari padang penggembalaan hati kita
Kudengar suara burung-burung kecil mengetuk jendelaku
Menyampaikan rintihan hutan-hutan terbakar
Dan pohon-pohon dalam diriku, berbunga berbuah matang
Mengejar musim


Padang, 1998

Sumber: Proses Kreatif Jilid 4 (2009)

Analisis Puisi:
Puisi "Mengejar Musim" karya Upita Agustine adalah karya yang sarat dengan gambaran alam dan perasaan, menciptakan atmosfer yang puitis dan meresapi keindahan serta kerumitan perasaan manusia.

Imaji Badai dalam Bayang Tatap: Puisi dimulai dengan imaji "Badai dalam bayang tatapmu," menciptakan citra kemelut emosi atau tantangan dalam hubungan. Badai dapat diartikan sebagai konflik atau ujian yang melibatkan perasaan dan hubungan antar individu.

Keterlambatan Menenangkan Badai: Ungkapan "Terlambat kuredakan" menggambarkan kegagalan atau keterlambatan dalam menenangkan badai atau konflik. Hal ini mungkin mencerminkan kesulitan dalam mengatasi ketegangan atau permasalahan yang muncul dalam hubungan.

Nafsu dan Rindu yang Dipelihara: Puisi menyebutkan "Saat meniti buih nafsu," menggambarkan momen-momen keintiman yang penuh gairah. Namun, ada juga "rindu yang kita pelihara," menunjukkan bahwa meskipun ada nafsu dan keinginan, terdapat juga perasaan rindu yang dijaga dan diakui.

Musim sebagai Metafora Emosi: Puisi menggunakan musim sebagai metafora untuk menyimbolkan perubahan dalam perasaan dan hubungan. "Pada musim yang luput dari ramalan cuaca hati kita" menciptakan gambaran akan ketidakpastian dan kompleksitas emosi dalam hubungan manusia.

Lagu Perpisahan dan Tarian Mimpi: Puisi merinci "Wajah sepi hari berlari nyanyikan lagu perpisahan" dan "Pada tarian mimpi-mimpi ranjang penganten kita." Ini menciptakan gambaran akan momen-momen penuh emosi dan keindahan, seolah-olah perasaan mencapai puncak dalam lagu perpisahan dan tarian mimpi.

Sentuhan, Ciuman, dan Doa: "Kusentuh dirimu dengan diriku," "Kucium aroma bunga rumput," dan "Dalam doaku" menciptakan gambaran keintiman dan spiritualitas dalam hubungan. Sentuhan, ciuman, dan doa menjadi elemen-elemen yang menyatukan dan menguatkan ikatan antarindividu.

Alam sebagai Cermin Perasaan: Penyair merinci suara alam seperti "suara burung-burung kecil" dan "rintihan hutan-hutan terbakar." Alam menjadi cermin perasaan dan menciptakan atmosfer yang hidup, memberikan dimensi ekstra pada pengalaman manusia.

Mengejar Musim sebagai Pencarian: Puisi ditutup dengan frase "Mengejar musim," yang dapat diartikan sebagai pencarian kontinuitas dalam perubahan dan evolusi hubungan. Frase ini memberikan kesan bahwa perjalanan dan pertumbuhan terus berlanjut.

Puisi "Mengejar Musim" karya Upita Agustine adalah puisi yang indah dan kompleks, menciptakan citra-citra yang meresapi kehidupan manusia dalam hubungan dan pencarian makna. Puisi ini menyentuh tema-tema universal seperti keintiman, konflik, dan perubahan, serta memanfaatkan alam dan musim sebagai simbolisasi yang kaya akan makna.

Upita Agustine
Puisi: Mengejar Musim
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.