Puisi: Minumlah (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Minumlah" mengajak pembaca untuk merenung dan menjelajahi makna-makna yang mendalam. Metafora air dan lautan digunakan dengan indah untuk ....
Minumlah

Minumlah!
Puaskan
Dahaga lautan.

Lepaskan
Kerongkongan dan bimbang
Tumpah
Membasahi jasadmu!

Doa-kata-kata
Lahir dari
Kekosongan dan bimbang
Hati semata.

Tuangkan
Tandaskan
Sebelum batinmu
Merintih!

Mari
Jelajahi jalan panjang
Kota basah hujan!
Beberkan pada siang malam
Jiwamu terus mencari
Ikhwal yang hilang!

Jari-jemari bergetar
Ada gelisah sekarang
Menggapai

Bayang -
Dan menemu
Antara ada dan tidak
Tubuh!
Minumlah
Seteguk lagi
Dari kedalaman lautan
Menuju samar
Kabut pagi
Dalam semesta mimpimu
Menusuk sunyi kamar!


Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Minumlah" karya Slamet Sukirnanto adalah karya yang mendalam dengan bahasa yang sederhana.

Panggilan untuk Memuaskan Dahaga Lautan: "Puaskan dahaga lautan" pada pembukaan puisi memberikan gambaran metaforis tentang kehausan yang mendalam. Lautan di sini bisa diartikan sebagai kehidupan, kepenasaran, atau keinginan yang begitu besar dan luas. Puisi ini memulai dengan seruan untuk memuaskan dahaga tersebut.

Pembebasan Kerongkongan dan Bimbang: Baris "Lepaskan kerongkongan dan bimbang" memberikan pesan untuk melepaskan beban dan kegelisahan yang mungkin dihadapi oleh pembaca. Kerongkongan yang dilepaskan bisa diasosiasikan dengan pembebasan kata-kata atau ungkapan yang terpendam.

Doa-kata-kata dari Kekosongan Hati: "Doa-kata-kata lahir dari kekosongan dan bimbang hati semata" menggambarkan bahwa kata-kata yang diucapkan merupakan ekspresi dari kekosongan dan kebimbangan di dalam hati. Ini mungkin merujuk pada kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang mungkin sulit diungkapkan.

Tumpah dan Membasahi Jasadmu: Baris ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk mengekspresikan diri dengan bebas, tanpa pengekangan. Tindakan ini diibaratkan sebagai air yang tumpah dan membasahi jasad, menciptakan gambaran pembebasan diri.

Eksplorasi Jiwa dalam Mencari Ikhwal yang Hilang: Puisi ini mengajak pembaca untuk menjelajahi kota basah hujan, sebuah gambaran yang bisa diartikan sebagai eksplorasi jiwa. Kata-kata "Jiwamu terus mencari Ikhwal yang hilang" memberikan kesan perjalanan spiritual atau pencarian makna dalam kehidupan.

Gelisah dan Gairah Dalam Getaran Jari-jemari: "Jari-jemari bergetar, ada gelisah sekarang menggapai bayang, dan menemu antara ada dan tidak tubuh" menyoroti gelisah dan gairah dalam pencarian makna. Getaran jari-jemari menciptakan gambaran kegugupan atau kegairahan dalam mencari dan menemukan.

Menuju Kabut Pagi dalam Semesta Mimpimu: "Minumlah seteguk lagi dari kedalaman lautan menuju samar kabut pagi dalam semesta mimpimu" memberikan kesan penuh imajinasi. Air dari lautan melambangkan kehidupan dan mimpimu, serta perjalanan menuju kabut pagi yang samar.

Puisi "Minumlah" mengajak pembaca untuk merenung dan menjelajahi makna-makna yang mendalam. Metafora air dan lautan digunakan dengan indah untuk merangkai pesan tentang pembebasan, pencarian makna, dan eksplorasi jiwa. Dengan kata-kata yang sederhana namun penuh makna, Slamet Sukirnanto menciptakan puisi yang mendalam dan menggugah.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Minumlah
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.