Puisi: Negeri Dongeng (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Negeri Dongeng" mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi zaman, ketidakmampuan membedakan nilai moral, dan dampak degradasi lingkungan ...
Negeri Dongeng (1)


Seandainya
bisa bebas di udara
kita akan lebih waspada
dari bidikan anak panah kejahatan
sekitar kita
gendewa culas dan fitnah
merajalela ke mana-mana
memasuki ketenangan kamar tidur
dan serambi muka

zaman gila
kenapa tidak mampu
membedakan
yang benar itu benar
yang salah itu salah

Kini
tiba waktunya
tergopoh memasuki
wilayah rawan
gelap
dijauhi cahaya
kita harus segera
membenahi rumah
rapat-rapat
menyimpan kata-kata
was-was dan kecewa
untuk masa yang panjang


Negeri Dongeng (2)



sungai tak lagi sungai
tidak pernah ada yang wajar mengalir
gunung tidak lagi gunung
tidak bisa diukur ketinggiannya
inikah hidup inikah kehidupan
memasuki negeri dongengan
yang tidak ditumbuhi kehijauan
rumput dan semerbak bunga
memasuki alam belenggu
rantai dan jeruji
kalah dan putus asa

Seandainya
bisa bebas di angkasa
ruang yang melimpah kelembutan dan kehalusan
alam tempat para bangsawan jiwa
melenggang di jagat raya
tertawa
mandi cahaya
memelihara taman kemurnian
dalam semua dada penghuninya


Jakarta, 29-30 Desember 2000

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Negeri Dongeng" karya Slamet Sukirnanto menciptakan gambaran tentang keadaan sosial dan spiritual dalam bentuk metafora dan imajinasi. Melalui dua bagian puisi yang berbeda, penyair mengajak pembaca merenungkan kondisi zaman dan kehidupan manusia.

Negeri Dongeng (1)

Metafora Kebebasan dan Ancaman: Puisi dibuka dengan gambaran seandainya manusia bisa bebas di udara. Metafora ini menciptakan citra kebebasan, namun segera diikuti dengan ancaman dari bidikan anak panah kejahatan dan gendewa culas fitnah. Ini mencerminkan kompleksitas kebebasan dan ancaman yang mengiringinya dalam masyarakat modern.

Zaman Gila dan Kecacatan Moral: Penyair mengecam "zaman gila" yang tidak mampu membedakan antara benar dan salah. Ini mencerminkan ketidakpastian nilai moral dalam masyarakat dan kebingungan manusia terhadap norma yang benar.

Tuntutan Masa yang Panjang: Penutup puisi menyoroti perlunya bersiap menghadapi masa yang sulit. Penyimpanan kata-kata, was-was, dan kecewa menunjukkan bahwa masa depan dihadapkan pada ketidakpastian, dan manusia perlu waspada.

Negeri Dongeng (2)

Metafora Alam yang Terdistorsi: Pada bagian kedua, penyair menggambarkan perubahan alam yang terdistorsi. Sungai dan gunung, sebagai simbol keindahan alam, kehilangan karakteristik mereka. Ini mungkin mencerminkan degradasi lingkungan dan kehidupan yang tidak seimbang.

Negeri Dongeng Tanpa Kehijauan: Puisi menyajikan gambaran negeri dongeng yang tidak tumbuh hijau, tanpa rumput dan bunga yang semerbak. Ini menciptakan nuansa kesedihan dan kehilangan dalam kehidupan sehari-hari.

Kebebasan di Angkasa dan Keindahan Alam: Seandainya manusia bisa bebas di angkasa, penyair menggambarkan ruang yang melimpah dengan kelembutan dan kehalusan. Ini menciptakan kontras dengan gambaran kehidupan yang keras di tanah, menyoroti keindahan dan kebebasan yang mungkin terdapat di alam semesta.

Dekadensi dan Patah Asa: Bagian kedua puisi juga mencerminkan dekadensi manusia dan perasaan putus asa. Negeri dongeng yang tidak subur dan penuh belenggu, rantai, dan jeruji menciptakan gambaran yang suram tentang kehidupan yang terkekang dan tanpa harapan.

Puisi "Negeri Dongeng" menciptakan dunia imajinatif yang mencerminkan ketidakpastian dan kontradiksi dalam kehidupan manusia. Melalui penggunaan metafora dan citra, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi zaman, ketidakmampuan membedakan nilai moral, dan dampak degradasi lingkungan terhadap kehidupan manusia. Puisi ini menggugah perasaan keprihatinan terhadap keadaan dunia dan tantangan yang dihadapi manusia di masa kini.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Negeri Dongeng
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.