Puisi: Nyanyian Anak Cucu (Karya Upita Agustine)

Puisi "Nyanyian Anak Cucu" menggambarkan sebuah perjalanan hidup yang terhubung erat dengan alam dan warisan leluhur. Puisi ini menawarkan refleksi ..
Nyanyian Anak Cucu


Aroma hutan-hutan dan jerami terbakar kucium sampai kini
Menumbuhkan hutan lindung dalam rahimku
Menghamparkan berjuta piring sawah dan ladang-ladang baru di dadaku
Mengalirkan sungai-sungai jernih di nadiku
Mengalirkan rinduku pada musim panen
Ketika kupetik harapan
Dalam perihnya putik gugur menyisip waktu
Wahai nenek moyangku
Menyebut namamu
Ada beban di pundakku entah dari mana
Dan akan dibawa ke mana

Padang, 1998

Sumber: Nyanyian Anak Cucu (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Anak Cucu" karya Upita Agustine menghadirkan gambaran kekayaan alam, kebersamaan, dan warisan nenek moyang.

Penggambaran Alam dan Lingkungan: Puisi ini membuka dengan aroma hutan-hutan dan jerami yang terbakar, menciptakan citra alam yang kaya dan penuh dengan elemen alami. Puisi ini merayakan keindahan alam serta keterikatan emosional terhadap warisan alam nenek moyang.

Simbolisme Hutan dan Ladang: Puisi menciptakan simbolisme kuat melalui gambaran hutan lindung dan ladang-ladang baru yang tumbuh dalam rahim penutur puisi. Ini bisa diartikan sebagai keberlanjutan hidup dan kesejahteraan yang dihasilkan oleh koneksi dengan alam dan warisan leluhur.

Sungai sebagai Metafora: Mengalirnya sungai-sungai jernih dalam nadiku dapat diartikan sebagai kelangsungan hidup dan keabadian nilai-nilai yang diteruskan dari generasi ke generasi. Sungai juga sering dianggap sebagai simbol kehidupan dan kelimpahan.

Musim Panen dan Harapan: Penggambaran musim panen menciptakan suasana penuh harapan dan kegembiraan. Kupetik harapan dalam perihnya putik gugur menciptakan gambaran proses kehidupan yang penuh dengan tantangan, namun tetap dihadapi dengan harapan dan semangat.

Hubungan Emosional dengan Nenek Moyang: Puisi ini menyiratkan keterhubungan emosional dengan nenek moyang. Penyebutan nama nenek moyang dan rasa hormat terhadap mereka menunjukkan pentingnya warisan budaya dan nilai-nilai yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Beban di Pundak dan Tujuan Perjalanan: "Ada beban di pundakku entah dari mana" menciptakan rasa misteri dan refleksi. Beban tersebut dapat diartikan sebagai tanggung jawab, warisan, atau misi hidup yang harus diemban dan dibawa ke tujuan yang mungkin belum diketahui.

Rasa Nostalgia dan Rindu: Puisi ini menciptakan rasa nostalgia dengan merujuk pada rindu pada musim panen. Ada perasaan kangen terhadap momen-momen yang melibatkan keberlimpahan hasil bumi dan semangat kerjasama dalam kehidupan agraris.

Identitas dan Keterikatan: Secara keseluruhan, puisi ini mengeksplorasi identitas pribadi dan keterikatan dengan alam dan leluhur. Penyair merenungkan bagaimana warisan tersebut membentuk dirinya dan bagaimana beban yang dibawa dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya.

Penggunaan Bahasa: Gaya bahasa puisi ini terbilang sederhana dan mendalam sekaligus. Penggunaan bahasa yang kaya dalam merinci elemen alam dan membangun gambaran emosional memberikan dimensi keindahan pada puisi.

Puisi "Nyanyian Anak Cucu" menggambarkan sebuah perjalanan hidup yang terhubung erat dengan alam dan warisan leluhur. Puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang identitas, tanggung jawab, dan harapan yang menjadi bagian integral dari perjalanan hidup setiap individu.

Upita Agustine
Puisi: Nyanyian Anak Cucu
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.