Puisi: Pada Malam dari Seribu Bulan (Karya Upita Agustine)

Puisi "Pada Malam dari Seribu Bulan" menghadirkan gambaran malam yang begitu indah dan penuh makna. Dengan deskripsi alam yang megah, momen ...
Pada Malam dari Seribu Bulan


Muara dari seribu malam
Bintang-bintang merendah
Gunung-gunung meninggi
Bergetar di bibir langit
Dan ketika itu langit membuka tabirnya
Bersemu merah, bergairah penuh kemudaan
Anginpun bertiup perlahan-lahan

pada gunung-gunung
pada daun-daunan
pada alam

Semesta jadi tenang, berhenti seketika
Para malaikat turun ke bumi menaburkan

wangi-wangian sorga

Dan harapan terulur pada lengan manusia
yang rikuh

Pada malam dari seribu bulan, malam seribu makna

1973

Sumber: Sunting (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Malam dari Seribu Bulan" karya Upita Agustine membawa pembaca ke dalam suasana malam yang begitu megah dan penuh makna.

Gambaran Alam yang Memukau: Puisi ini dibuka dengan deskripsi malam yang indah dan mempesona. Penggambaran bintang-bintang yang merendah, gunung-gunung yang meninggi, dan langit yang memancarkan semburat merah memberikan gambaran luar biasa tentang kebesaran alam. Ini menciptakan suasana yang penuh kemegahan dan keajaiban.

Momen Langit yang Menjadi Merah Bergairah: Saat langit membuka tabirnya dan menjadi merah bergairah, puisi ini menciptakan momen yang sangat dramatis. Warna merah di langit menciptakan nuansa semangat dan kemudaan, memperlihatkan kecantikan alam yang penuh keajaiban.

Angin yang Menyentuh Alam: Sentuhan lembut angin yang bertiup perlahan-lahan di gunung, daun-daun, dan seluruh alam memberikan dimensi gerakan dan kehidupan pada pemandangan malam. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan dan kehadiran energi alam yang tak terlihat.

Ketenangan dan Keheningan Semesta: Saat semesta menjadi tenang dan berhenti seketika, puisi ini menggambarkan momen ketenangan yang mempesona. Keheningan yang disampaikan menciptakan kesan suci dan agung, menggambarkan semesta sebagai sesuatu yang begitu besar dan luar biasa.

Kedatangan Para Malaikat: Pada malam tersebut, para malaikat turun ke bumi menaburkan wangi-wangian sorga. Ini menghadirkan unsur spiritual dan ketuhanan dalam puisi, menciptakan suasana keagungan dan kehadiran yang luar biasa.

Harapan yang Terulur: Pada bagian akhir puisi, harapan terulur pada lengan manusia yang rikuh. Ini mengeksplorasi tema harapan dan penerimaan, serta menggambarkan keterkaitan antara manusia dan alam semesta.

Pada Malam dari Seribu Bulan: Baris akhir puisi, "Pada malam dari seribu bulan, malam seribu makna," menciptakan titik puncak dan menunjukkan bahwa malam tersebut bukanlah malam biasa, melainkan malam yang sarat dengan berbagai makna dan keagungan.

Puisi "Pada Malam dari Seribu Bulan" menghadirkan gambaran malam yang begitu indah dan penuh makna. Dengan deskripsi alam yang megah, momen dramatis, dan sentuhan spiritual, Upita Agustine menciptakan karya yang memancarkan keindahan dan keagungan alam semesta. Puisi ini merayakan keajaiban malam dan mengundang pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan alam dan yang Maha Kuasa.

Upita Agustine
Puisi: Pada Malam dari Seribu Bulan
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.