Puisi: Pantun Memori (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Pantun Memori" menggambarkan perasaan kompleks manusia terhadap kehidupan, perpisahan, dan kematian. Melalui penggunaan bahasa yang indah ...
Pantun Memori
Buat nisan ibunda

Kembang kutabur dalam ziarah
kembang cintaku salamku yang ramah
Begitu kau berkubur dan kita pun berpisah
dekat padamu merangkul nenek marhumah

Bayang-bayang sepi dan hati menunduk di sini
dan jauh di seberang kali ada orang mengaji
Begitu kau pergi aku mengangguk mengerti:
mati ialah janji, sudah terpahat dalam diri

Burung pun pulang ke sarangnya karena senja tiba
ada cahaya yang meredup kembali menyala di pokok kemboja
Begitu kau rela demi usia yang tua
terlalu tua buat hidup yang selalu meremaja.

Sumber: Horison (Oktober, 1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Pantun Memori" adalah sebuah puisi yang mempersembahkan serangkaian pantun untuk merenungkan tentang kehidupan, perpisahan, dan kenangan.

Mengenang dengan Kebahagiaan: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang ziarah dan penaburan bunga, yang melambangkan penghormatan dan kebahagiaan. Penyair menciptakan suasana yang penuh cinta dan kerinduan terhadap kenangan yang menyenangkan.

Perpisahan yang Menyedihkan: Meskipun ada kebahagiaan dalam kenangan, puisi ini juga menggambarkan perpisahan yang menyedihkan. Penggunaan kata-kata seperti "kita pun berpisah" dan "dekat padamu merangkul nenek marhumah" menggambarkan kesedihan dan perpisahan dari seseorang yang dicintai.

Penerimaan akan Kematian: Puisi ini juga menggambarkan penerimaan akan kematian sebagai bagian alami dari kehidupan. Penyair menganggap kematian sebagai janji yang tidak terelakkan, dan kepergiannya telah terpahat dalam takdir manusia.

Siklus Alam dan Kehidupan: Penyair menggunakan gambaran alam, seperti burung pulang ke sarangnya dan cahaya yang menyala di pokok kemboja, untuk menyoroti siklus alam dan kehidupan. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun ada perpisahan dan kematian, kehidupan terus berlanjut dalam siklusnya.

Keterbatasan dalam Hidup: Puisi ini juga mencerminkan keterbatasan dalam kehidupan manusia. Meskipun ada keinginan untuk hidup selamanya muda, kenyataannya adalah bahwa usia tua akan tiba, dan kehidupan akan berakhir pada waktunya.

Puisi "Pantun Memori" adalah puisi yang menggambarkan perasaan kompleks manusia terhadap kehidupan, perpisahan, dan kematian. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan gambaran alam yang kaya, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang arti kehidupan dan penerimaan akan takdir manusia.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Pantun Memori
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.