Puisi: Pedati Tua (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Pedati Tua" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan perjalanan hidup dan beban berat yang harus diemban dalam kehidupan.
Pedati Tua

Pedati tua
Jalanmu terseok
Beban berat dan sarat
Meskipun engkau yakin
Jalanmu ke depan.
Tetapi engkau tanpa tahu tujuan
Tiada henti
Berjalan dan berjalan

Pedati tua
Membawa beban sejarah
Melangkah tanpa impian
Sia-sia

Pedati tua
Kadang berhenti juga
Tetapi karena tersandung
Bukan merenung ke arah mana
Langkah harus diayun.

Pedati tua
Menghela napas
Tanpa kompas
Di langit mendung
Dan mendung
Menggantung di angkasa

Pedati tua
Beban itu
Bergumpal
Menggunung
Roda-roda berderak
Naik turun
Dan engkau merangkak
Tanpa jejak
Dari tahun ke tahun

Jakarta, 10 Agustus 1998

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Pedati Tua" karya Slamet Sukirnanto adalah karya yang menggambarkan perjalanan hidup dan beban berat yang harus diemban dalam kehidupan.

Simbolisme Pedati Tua: Pedati tua digambarkan sebagai metafora kehidupan. Pedati tua ini menghadapi rintangan di jalannya, seperti ketidakpastian dan kebingungan tentang arah yang harus diambil. Pedati tua menjadi simbol perjalanan hidup yang sulit dan sering kali tanpa tujuan yang jelas.

Beban Berat: Puisi ini menekankan tentang beban berat yang dibawa oleh "pedati tua." Beban ini bisa mencerminkan pengalaman, masa lalu, dan tanggung jawab dalam hidup. Meskipun beban ini berat, pedati tua tetap melanjutkan perjalanannya, menggambarkan keteguhan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan.

Kehidupan Tanpa Impian: Dalam puisi ini, penulis menyatakan bahwa pedati tua "melangkah tanpa impian" dan "tanpa tahu tujuan." Ini bisa diartikan bahwa terkadang dalam hidup, kita mungkin merasa kehilangan arah atau tidak memiliki impian yang jelas. Pedati tua mewakili perjalanan hidup yang terjadi tanpa tujuan yang pasti.

Berhenti dan Melanjutkan: Puisi ini mencatat bahwa pedati tua kadang-kadang berhenti, tetapi bukan karena merenungkan arah yang harus diambil. Sebaliknya, berhenti terjadi karena tersandung. Ini menggambarkan bahwa dalam hidup, terkadang kita mungkin mengalami hambatan atau rintangan yang membuat kita terhenti, tetapi kita harus terus melanjutkan perjalanan.

Perjalanan yang Penuh Tantangan: Pedati tua dalam puisi ini menggambarkan sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan hambatan. Roda-roda pedati berderak, naik turun, dan bahkan "engkau merangkak tanpa jejak," menggambarkan perjalanan yang sulit dan memerlukan usaha yang besar.

Mendung di Angkasa: Gambaran mendung di angkasa mungkin mencerminkan masa-masa sulit dalam hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan kegelapan. Ini bisa menjadi simbol bagi ketidakjelasan masa depan yang seringkali mengiringi perjalanan hidup.

Secara keseluruhan, puisi "Pedati Tua" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian, tantangan, dan beban berat. Meskipun tanpa tujuan yang jelas, pedati tua terus bergerak maju, mencerminkan tekad untuk menghadapi hidup meskipun penuh dengan ketidakpastian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti perjalanan hidup yang panjang dan kadang-kadang sulit ini.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Pedati Tua
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.