Puisi: Pemburu (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Pemburu" mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari tindakan manusia terhadap lingkungan serta perasaan penyesalan yang datang akibat ...
Pemburu

Seperti katamu kita pemburu menapak di perbukitan
di bawah menggelombang kemilau hutan

dengus kijang harum bau musang
menusuk rangsang
dan di jauhan burung-burung berkejaran

kita berjalan dan sekali tertegun dalam bimbang:
di pundak kanan memberat hitam senapan
di pundak kiri kita sandang kasih sayang

tapi merak berteriak di jauhan
memanggil panjang: pemburu, lemparkan
buang kasih sayang, di mukamu hutan menggelombang

dan liar kita buang kasih sayang
kita menuruni perbukitan menembus ke lubuk hutan
dan hidup dalam rangsang deram letusan, jerit kematian hewan-hewan

dan di akhir perburuan terkejut kita menatap nyalang
sendiri, seperti terjaga dari mimpi
di tengah bangkai-bangkai berkaparan dan sia-sia mencari
kasih sayang yang jauh hilang

Sumber: Manifestasi (1963)

Analisis Puisi:
Puisi "Pemburu" karya Hartojo Andangdjaja menggambarkan metafora pemburu dalam konteks perburuan hewan di hutan. Dalam puisi ini, kehidupan seorang pemburu menggambarkan perjalanan yang penuh dengan dualitas, kebingungan, dan akhirnya, penyesalan atas perbuatannya.

Dualitas dalam Perburuan: Penyair memulai puisi dengan gambaran tentang pengalaman pemburu di hutan. Ia menampilkan kehidupan pemburu yang memburu di hutan, menggambarkan perjalanan yang penuh tantangan dengan detail tentang alam dan binatang. Namun, di tengah perburuan, penyair menunjukkan dualitas dari pengalaman tersebut. Pemburu menghadapi pertarungan antara "senapan" di pundak kanan yang merupakan alat untuk memburu hewan dan "kasih sayang" di pundak kiri, menciptakan konflik internal.

Dilema Moral: Puisi menyoroti dilema moral pemburu. Meskipun mereka pergi berburu, terlihat bahwa alam mengajak mereka untuk mengembalikan "kasih sayang" kepada hutan dan hewan. Teriakan merak yang melambangkan keindahan alam memberi peringatan, meminta pemburu untuk meninggalkan kekerasan dan pertumpahan darah.

Penyesalan dan Kehilangan: Pemburu akhirnya menemukan dirinya terjaga dari "mimpi" saat melihat "nyalang" yang sudah mati dan berbagai "bangkai" di sekelilingnya. Puisi menyampaikan penyesalan dan kehampaan pemburu yang mengalami kehilangan. Mereka menyadari bahwa, meskipun telah mengejar perburuan, mereka kehilangan "kasih sayang" dan keindahan alam.

Puisi ini mengeksplorasi hubungan manusia dengan alam, dilema moral, dan akhirnya penyesalan atas tindakan yang merusak alam. Ia mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari tindakan manusia terhadap lingkungan serta perasaan penyesalan yang datang akibat kehilangan hubungan alami dan empati terhadap alam.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Pemburu
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.