Puisi: Riau (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Riau" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang menggambarkan Riau, sebuah daerah di Indonesia, dengan menggunakan imaji dan bahasa ....
Riau


Kupulangkan kembali Resah.
Kepadamu. Simpanlah
Di semak gerumbul belantaramu
Di sungai dan rawa-rawa
Gurindam dan pantun melayu

Aku pernah memungut
Di dekat hulu
Di kedalaman sunyi hutan
Di tepian dan pantai
Dalam kebat mantra

Siapa yang mengiris siak
Siapa yang mengkapak selat
Siapa yang mencacah ombak
Siapa yang menenggelamkan kalam

Kupulangkan kembali seonggok kenangan
Terimalah. dengan membuka tangan
Udara panas dan siang mengerang
Seperti ada sebilah keris --
Tidak disarungkan!


Pekanbaru, Maret 1998

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Riau" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang menggambarkan Riau, sebuah daerah di Indonesia, dengan menggunakan imaji dan bahasa yang kaya. Melalui penggunaan gambaran alam dan budaya, puisi ini menciptakan gambaran tentang Riau yang dalam dan kompleks.

Pulangnya Resah dan Kenangan: Puisi ini dimulai dengan kata-kata "Kupulangkan kembali Resah" yang menciptakan perasaan bahwa ada suatu yang telah hilang dan perlu dikembalikan. Istilah "Resah" di sini mungkin mencerminkan perasaan gelisah, perubahan, atau hilangnya sesuatu yang penting. Dalam konteks puisi ini, "Resah" bisa saja merujuk pada kehidupan, budaya, atau warisan dari Riau yang telah terabaikan atau tergeserkan.

Simpanan dalam Alam dan Budaya: Puisi ini mendorong simbolisme dengan menyuruh "Kepadamu. Simpanlah / Di semak gerumbul belantaramu / Di sungai dan rawa-rawa / Gurindam dan pantun melayu." Pesan ini mengandung makna bahwa kekayaan alam dan budaya Riau seharusnya dijaga dan dilestarikan. Simpanan ini bisa berupa tradisi, bahasa, dan budaya lokal yang harus tetap hidup agar tidak lenyap dalam pergantian waktu.

Misteri Sejarah dan Identitas: Puisi ini menciptakan suasana misterius dan filosofis. Dengan pertanyaan-pertanyaan retoris seperti "Siapa yang mengiris siak / Siapa yang mengkapak selat / Siapa yang mencacah ombak / Siapa yang menenggelamkan kalam," penyair mungkin ingin menyoroti aspek sejarah, mitos, atau peristiwa yang berkontribusi pada identitas Riau. Ini mengundang pembaca untuk merenung tentang asal-usul dan peran Riau dalam sejarah Indonesia.

Penutup yang Kuat dan Bersemangat: Puisi ini berakhir dengan nada yang kuat dan bersemangat. Dalam frasa "Udara panas dan siang mengerang / Seperti ada sebilah keris - / Tidak disarungkan!" penyair menggambarkan suasana panas, seakan-akan memberi penghormatan kepada Riau yang penuh dengan semangat dan keberanian. Ungkapan "Tidak disarungkan!" mungkin mencerminkan tekad untuk mempertahankan identitas dan keberadaan Riau.

Puisi "Riau" oleh Slamet Sukirnanto menggambarkan Riau sebagai sebuah entitas yang penuh dengan kekayaan alam, budaya, dan sejarah. Melalui penggambaran simbolis dan retoris, puisi ini menyoroti pentingnya melestarikan identitas dan warisan Riau. Dengan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam tentang daerah ini, serta tentang pentingnya menjaga akar budaya dan sejarah dalam menghadapi perubahan zaman.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Riau
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.