Puisi: Rinduku (Karya Upita Agustine)

Puisi "Rinduku" karya Upita Agustine adalah perjalanan melalui berbagai rindu yang dipenuhi dengan keindahan dan kehidupan. Melalui penggambaran ....
Rinduku


Rinduku rindu
Hutan belantara yang digunduli bersama

Rinduku rindu
Air serasah yang menyusut di perbukitan

Rinduku rindu
Lelaki tua kuli pelabuhan yang lelah

Rinduku rindu
Bau jerami petani sederhana

Rinduku rindu
Kampung kecil di ujung teluk

Rinduku rindu
Nelayan diamuk badai nasibnya

Rinduku rindu
Cakrawalaku

1972

Sumber: Nyanyian Anak Cucu (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Rinduku" karya Upita Agustine adalah ungkapan perasaan rindu yang penuh dengan keindahan dan kepedihan. Melalui serangkaian gambaran alam dan kehidupan manusia, penyair menggambarkan kerinduan yang dalam terhadap elemen-elemen alam dan kehidupan sehari-hari.

Rindu pada Alam: Penyair mengekspresikan kerinduan pada hutan belantara yang digunduli bersama. Gambaran ini bisa mengandung makna kehilangan, di mana alam yang asli dan subur telah mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Rindu pada air serasah yang menyusut di perbukitan menciptakan citra kemarau dan kekeringan, menunjukkan ketidakseimbangan lingkungan yang mungkin dialami oleh tempat-tempat yang pernah penuh kehidupan.

Rindu pada Manusia: Penyair juga merindukan manusia dan kehidupan sehari-hari. Rindu pada lelaki tua kuli pelabuhan yang lelah menciptakan citra keteguhan dan kelelahan hidup. Rindu pada bau jerami petani sederhana membawa pembaca ke desa-desa yang sederhana dan menyoroti kehidupan petani yang hidup dekat dengan alam. Ini menggambarkan keindahan dalam kesederhanaan dan keseharian.

Rindu pada Tempat: Selanjutnya, penyair merindukan kampung kecil di ujung teluk, memberikan gambaran tentang tempat yang mungkin memiliki makna khusus dalam kenangan penyair. Rindu pada nelayan yang diamuk badai nasibnya membawa unsur dramatik, menunjukkan betapa kerasnya hidup dan tantangan yang dihadapi oleh mereka yang hidup dari laut.

Puncak Rindu: Bait terakhir, "Rinduku rindu Cakrawalaku," menjadi puncak puisi ini. Kata-kata ini menciptakan gambaran bahwa rindu penyair tak hanya terbatas pada elemen-elemen alam dan kehidupan manusia, tetapi juga terhadap sesuatu yang lebih besar dan abstrak seperti cakrawala atau langit. Mungkin, ini bisa diartikan sebagai rindu pada keagungan alam semesta atau keberadaan yang lebih luas.

Puisi "Rinduku" karya Upita Agustine adalah perjalanan melalui berbagai rindu yang dipenuhi dengan keindahan dan kehidupan. Melalui penggambaran alam, manusia, tempat, dan dimensi yang lebih besar, penyair berhasil menggambarkan kerinduan yang mendalam dan bervariasi. Puisi ini bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang apresiasi dan kekaguman terhadap keberagaman kehidupan di sekitar kita.

Upita Agustine
Puisi: Rinduku
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.