Puisi: Sipongang (Karya Isma Sawitri)

Puisi "Sipongang" menciptakan gambaran tentang keindahan alam, menggali kenangan masa lalu, dan membangun harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Sipongang


Tercenung renung memandang persada
Tengadah ke awan-awan yang menabiri matahari
Aku di sini, o, negeri yang murung tak terperi

Desau angin tak henti menyapa
Dalam kehijauan yang tak sehijau dulu
Di bawah kebiruan yang tidak seteduh dulu
Kita kembali bersama-sama, berbincang-bincang dalam rahasia
Antara kita, o, tanah merdeka
Antara kita dalam rahasia

Sanubari telah lama tersisihkan
Bukit-bukit tertinggal dalam lintasan
Pematang tak pernah terinjak
Lumpur membatu, dangau menghantu
Telah lama
Telah lama

Sepuluh tahun, limabelas tahun, akan sangat berarti
Untuk dikaji. untuk menyimak sepenuh hati
Menguak yang gelap
Menjernihkan yang pekat
Mendendangkan puji-puja
Bertutur dalam bahasa Bunda
Membiarkan kelewang tersimpan dalam sarangnya
Peluru dalam kotak-kotaknya
Dukacita dalam ketegarannya
Dendam dalam hitungan-hitungannya

Dari sipongang hutan jauh di Beutong Ateuh
Dari puncak Leuser dan Seulawah
Dari tekad yang tak retak
Sesuatu harus ditata

Dan puak-puak duduk bersama
Merenung, meluruskan
Menimbang, mematangkan
Menyikapi, menegakkan

Suatu saat kelak, negeri ini akan kita pahat dengan iman, dengan cinta
Suatu saat kelak, dengan gagah, dengan takwa


2000

Analisis Puisi:
Puisi Sipongang" karya Isma Sawitri adalah sebuah karya yang mendalam dan memikat yang mengeksplorasi keadaan alam, masa lalu, dan harapan di tengah-tengah perubahan.

Lanskap dan Alam: Puisi ini dimulai dengan deskripsi lanskap yang melibatkan pengamatan alam, dari awan hingga angin yang terus-menerus menyapa. Isma Sawitri menciptakan gambaran yang kuat tentang keindahan alam yang disandingkan dengan rasa murung dan melankolis.

Pertemuan dengan Masa Lalu: Ada sentuhan nostalgia dalam puisi ini, terutama saat pembicara merenung tentang masa lalu yang hilang. Bukit-bukit yang tertinggal dan pematang yang tak pernah terinjak menciptakan citra kemerosotan dan kehampaan.

Rahasia Tanah Merdeka: Puisi mengakui rahasia dan keunikan tanah merdeka. Ada kedalaman dan kerahasiaan dalam hubungan antara penutur dan tanahnya, menciptakan atmosfer keintiman dan keanggunan yang misterius.

Waktu yang Tersisihkan: Terdapat ungkapan kekaguman terhadap waktu yang telah berlalu dan tantangan untuk merenungkan dan menghargai setiap momen. Puisi mencatat perubahan dan memperingatkan bahwa waktu yang berlalu harus dikaji dengan teliti.

Simbolisme: Simbolisme kuat terletak pada "sipongang hutan jauh di Beutong Ateuh" dan "puncak Leuser dan Seulawah." Ini menciptakan rasa identitas dan kebanggaan terhadap tempat asal, memperkuat pesan tentang perlunya menjaga dan menyelamatkan alam.

Tekad dan Harapan: Di bagian akhir, puisi ini membangun tekad dan harapan. Munculnya "puak-puak" yang berkumpul untuk merenung dan bertindak menyoroti semangat persatuan dan keberanian untuk menata masa depan negeri dengan nilai-nilai agama dan cinta.

Bahasa yang Padat dan Kekayaan Kata: Isma Sawitri menggunakan bahasa yang padat dan kaya, menggambarkan kekuatan alam dan nilai-nilai yang diwarisi dari masa lalu. Pemilihan kata yang cermat meningkatkan daya ungkap puisi.

Perubahan dan Pemulihan: Puisi ini mengekspresikan aspirasi untuk menghadirkan perubahan positif dan pemulihan di tanah merdeka. Ada semangat perubahan yang mencerminkan keberanian dan tekad untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Puisi "Sipongang" menciptakan gambaran tentang keindahan alam, menggali kenangan masa lalu, dan membangun harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan gaya bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kuat, Isma Sawitri berhasil menggambarkan kekayaan budaya dan kearifan lokal.

Isma Sawitri
Puisi: Sipongang
Karya: Isma Sawitri

Biodata Isma Sawitri:
  • Isma Sawitri lahir pada tanggal 21 November 1940 di Langsa, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.