Puisi: Tafakur (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Tafakur" memotivasi pembaca untuk melakukan introspeksi, mendaki tangga pengetahuan, dan menghayati keberagaman hidup dengan penuh ....
Tafakur
Merenungi kejadian
Lalu lalang pikiran
Menghayati yang jatuh

Mendaki tangga, tafakur
Mengeja bentangan lembah
Lembaran luas
Bentangan sajadah!

Jarum zikir
Mengantar ketajaman
Menembus
Renda-renda remang zaman
Yang segera berganti
Sebelum rebah
Menyerah
Rembang petang ini!
Jakarta, 1990

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Tafakur" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung, menghayati, dan menggali makna kehidupan melalui proses tafakur. Dalam puisi ini, Slamet Sukirnanto menggambarkan perjalanan spiritual dan kebijaksanaan yang dapat ditemukan melalui introspeksi diri.

Merenungi Kejadian dan Lalu Lalang Pikiran: Puisi ini dimulai dengan panggilan untuk merenungi kejadian dan melibatkan diri dalam lalu lalang pikiran. Ini menciptakan gambaran tentang kebutuhan untuk introspeksi dan pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita.

Menghayati yang Jatuh, Mendaki Tangga, dan Tafakur: Pembaca dihadapkan pada serangkaian aktivitas spiritual, seperti menghayati kegagalan atau kejadian yang "jatuh," mendaki tangga menuju pemahaman yang lebih tinggi, dan akhirnya, tafakur. Puisi ini memandang tafakur sebagai langkah penting dalam proses pemikiran yang mendalam dan penuh makna.

Bentangan Sajadah sebagai Metafora Keberagaman Hidup: Penggunaan metafora "bentangan sajadah" menyiratkan keberagaman dan keindahan kehidupan yang dapat dipahami melalui proses tafakur. Sajadah, sebagai tempat sujud dalam ibadah, menciptakan gambaran tentang keterhubungan spiritual dan hubungan dengan Sang Pencipta.

Jarum Zikir dan Renda-renda Remang Zaman: Jarum zikir menjadi simbol spiritualitas dan ketajaman dalam menghadapi tantangan kehidupan. Renda-renda remang zaman melambangkan kecepatan berlalunya waktu dan perubahan, yang harus dihadapi dan dihayati dengan kebijaksanaan.

Zaman yang Segera Berganti dan Rembang Petang Ini: Puisi ini menciptakan gambaran akan kecepatan perubahan zaman dengan kalimat "zaman yang segera berganti." "Rembang petang ini" memberikan nuansa tertentu, menggambarkan keadaan senja atau akhir hari yang menciptakan rasa urgensi dalam merenungi hidup.

Pilihan Kata yang Simpel dan Bermakna: Pilihan kata yang sederhana tetapi bermakna menciptakan efek kejelasan dan fokus dalam penyampaian pesan puisi. Kata-kata seperti "merenungi," "tafakur," dan "bentangan sajadah" memberikan ruang bagi pembaca untuk mendalami makna-makna yang terkandung.

Perasaan Urgensi dan Dinamika Kehidupan: Puisi ini menciptakan perasaan urgensi akan dinamika kehidupan, di mana setiap langkah dan peristiwa memiliki makna dan harus dihayati dengan penuh kesadaran. Pemilihan kata yang tajam menggambarkan keadaan yang berubah dengan cepat.

Puisi "Tafakur" bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata, melainkan sebuah undangan untuk merenung dan menggali makna kehidupan. Slamet Sukirnanto berhasil menyampaikan kebijaksanaan dan spiritualitas melalui bahasa yang sederhana dan padat makna. Puisi ini memotivasi pembaca untuk melakukan introspeksi, mendaki tangga pengetahuan, dan menghayati keberagaman hidup dengan penuh tafakur.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Tafakur
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.