Puisi: Telah Aku Saksikan (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Telah Aku Saksikan" mencerminkan rasa kehilangan dan keterbatasan manusia dalam menghadapi perubahan alam dan konflik sosial.
Telah Aku Saksikan


Laut
menyerahkan ombak
pada dada dan pundak
ketika panas siang
nafas arus menderas
menggetarkan jalan darah ini

Tuhan, di pantai ini juga
tapak kaki telah hilang
ketika angin rendah
mendorong gelombang

Telah aku saksikan
laut pasang naik
laut pasang surut
(tangis bayi)
asin garam membasahi kaki
(tangis anak-anak)
gemuruh air meninggikan ratap
(tangis pengungsi)
membasahi karang ini
pulang balik perahu cemas
tak mampu menyentuh daratan
bagai dirimu yang mabuk lautan!

Sungguh aku tak mengerti
betapa awan gelap
gelap apa; gelap siapa
kawasan memajang sepi
dihalau gemuruh zaman ini!


Tanjungkarang, Juni 1980

Sumber: Catatan Suasana (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Telah Aku Saksikan" karya Slamet Sukirnanto mengekspresikan gambaran puitis yang mendalam dan berisi, menggambarkan hubungan antara kekuatan alam dengan perasaan dan pengalaman manusia.

Penggambaran tentang Laut: Puisi ini dibuka dengan gambaran lautan yang penuh dengan gerakan ombak. Laut digambarkan sebagai elemen alam yang kuat, menyerahkan gelombangnya ke pantai. Penyair merasakan getaran lautan yang mengalir ke dalam darahnya, memberikan kesan alam yang hidup dan menghidupkan.

Keterhubungan Manusia dengan Alam: Dalam puisi ini, ada penggambaran tentang keretakan antara manusia dengan alam. Tapak kaki yang hilang menyoroti dampak destruktif manusia terhadap lingkungan. Ada suatu perasaan kehilangan dan kebingungan karena hubungan yang terganggu antara manusia dan lautan.

Tangisan dan Garam Laut: Penyair menggunakan gambaran tangisan, baik tangisan bayi, anak-anak, maupun pengungsi, untuk mengekspresikan rasa kehilangan dan penderitaan. Garam laut yang basah menunjukkan kesedihan dan penderitaan yang meresap ke dalam karang, mencerminkan luka dan kesulitan yang dialami oleh masyarakat.

Konflik dan Kegelapan: Puisi ini juga menyiratkan adanya konflik yang gelap, yang mungkin berhubungan dengan situasi sosial, politik, atau kekacauan yang melanda kawasan tersebut. Gelapnya awan mungkin merujuk pada ketidakpastian, kebingungan, atau konflik yang mempengaruhi masyarakat secara luas.

Kesimpulan dan Rasa Keterbatasan: Penyair mengekspresikan ketidakmampuannya untuk memahami situasi yang ada. Ada perasaan kebingungan atas kondisi yang ada, mungkin karena keterbatasan manusia dalam menghadapi bencana alam dan masalah sosial yang kompleks.

Puisi "Telah Aku Saksikan" menghadirkan gambaran kuat mengenai hubungan manusia dengan alam dan penderitaan yang dialami dalam konteks kegelapan, konflik, dan penderitaan. Pesan puisi ini mencerminkan rasa kehilangan dan keterbatasan manusia dalam menghadapi perubahan alam dan konflik sosial.
Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Telah Aku Saksikan
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.