Puisi: Tragedi (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Tragedi" karya Slamet Sukirnanto mencerminkan ketidakpastian dan kekacauan dalam masyarakat yang sedang mengalami konflik dan gejolak.
Tragedi
2000


Panasnya udara panasnya jiwa
Ikut menghancurkan nusantara
Atau cukup berdiam saja!

Bagaikan termangu -
Di pinggir padang Kurusetra
Menata kembali gemuruh -
Rusuhnya kecamuk batin kita!

Tapi aku bukan Destrarasta
Tapi aku bukan Sanjaya
Penonton yang buta
Dan pengamat yang mandul!

Tangan-tangan yang saling menampar
Di pinggir jalan raya
Sesak dan padat
Bukan perang saudara
Hanya gejolak tanpa adab!

Tak ada juntrungnya
Kalau pimpinan bertindak ngawur!
Manusia kerdil. Manusia batu
Tak ada peradaban. Tak ada mutu.
Silang selisih. Tanpa malu.

Begitu lambatnya senja itu
Membersihkan sampah dan debu
Kotaku kembali mungil

Seperti dicuci dari cucuran hujan
Rahmat dan restu!


Jakarta, 28 Oktober 2000

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Tragedi" karya Slamet Sukirnanto adalah ungkapan tentang penderitaan dan gejolak dalam masyarakat yang mengalami konflik dan ketidakstabilan.

Panas Jiwa dan Udara: Puisi ini dimulai dengan penggambaran panasnya udara dan panasnya jiwa. Ini mungkin menggambarkan kondisi panas secara harfiah dan perasaan panas atau kemarahan dalam masyarakat yang sedang mengalami krisis atau konflik.

Penghancuran Nusantara: Puisi mencerminkan penghancuran atau kerusakan yang terjadi di dalam nusantara (Indonesia). Ini bisa mencakup konflik sosial atau politik yang mengancam stabilitas dan keamanan.

Tentang Destrarasta dan Sanjaya: Destrarasta dan Sanjaya adalah karakter dalam epik Mahabharata, yang merupakan salah satu kisah konflik dan perang saudara yang paling terkenal dalam sastra India kuno. Mereka digunakan di sini sebagai metafora untuk menggambarkan pemimpin atau pihak yang terlibat dalam konflik, tetapi tidak memiliki visi yang jelas atau perencanaan yang bijak.

Kritik Terhadap Pimpinan dan Perilaku Manusia: Puisi ini mengkritik pimpinan yang bertindak secara impulsif dan ngawur, dan juga perilaku manusia dalam masyarakat yang padat, di mana konflik dan ketidakadaban merajalela. Slamet Sukirnanto menyampaikan pesan bahwa ketidakstabilan dan gejolak dalam masyarakat disebabkan oleh kurangnya kepemimpinan yang bijak dan kehilangan peradaban.

Senja yang Membersihkan: Puisi ini berakhir dengan gambaran senja yang membersihkan sampah dan debu. Ini bisa diartikan sebagai harapan akan perubahan dan pemulihan setelah masa konflik dan krisis. Senja mewakili kesempatan untuk memulihkan kedamaian dan peradaban yang hilang.

Puisi "Tragedi" mencerminkan ketidakpastian dan kekacauan dalam masyarakat yang sedang mengalami konflik dan gejolak. Slamet Sukirnanto menggambarkan situasi ini dengan kata-kata yang kuat dan gambaran yang kuat, sambil memberikan pesan tentang pentingnya kepemimpinan yang bijak dan perubahan positif dalam masyarakat.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Tragedi
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.