Puisi: Di Seberang Rindu (Karya Upita Agustine)

Puisi "Di Seberang Rindu" karya Upita Agustine menggambarkan rindu yang dalam dan keinginan untuk bersatu kembali dengan orang yang dicintai.
Di Seberang Rindu
(kepada DYD Beringin)


Mengapa mesti dia
Yang berangkat tiga abad lalu
Berdiri dalam mimpiku
Mengucapkan janji:
"Radin Yang Dipertuan
kau dirajakan di rantau ini"

Mengapa mesti dia
Yang membawa tanda kebesaran itu
Bersila dalam renunganku
Melafaskan sumpah:
"Jika tak kembali dari Seri Menanti
Jelang kuburku di Kampung Tengah"

Mengapa mesti dia
Yang datang dalam rinduku
Terisak dalam rangkulan
Mengantarkan pasrah:
"Dari tanah ini leluhurku
Ke tanah ini juga ku kembali"

Yang Maha Pengasih
Kau pertemukan dia
Dalam rindu diriku

1992

Sumber: Nyanyian Anak Cucu (2000)

Catatan:
  1. Seri Menanti = kawasan istana raja Negeri Sembilan.
  2. Kampung Tengah = nama bermukin dan bermakamnya DYD Beringin, dalam kawasan Seri Menanti, Negeri Sembilan, Malaysia.
Analisis Puisi:
Puisi "Di Seberang Rindu" karya Upita Agustine menggambarkan rindu yang dalam dan keinginan untuk bersatu kembali dengan orang yang dicintai. Dengan bahasa yang puitis, penyair membangun suasana yang memikat dan menggugah perasaan pembaca.

Keberangkatan Tiga Abad Lalu: Puisi dimulai dengan pertanyaan mengapa sosok yang berangkat tiga abad lalu muncul dalam mimpinya. Ini menciptakan lapisan sejarah dan misteri, menunjukkan bahwa ada hubungan yang berakar dalam waktu yang melibatkan sosok yang telah lama berlalu.

Janji dan Sumpah: Dalam puisi ini, terdapat ungkapan janji dan sumpah yang ditujukan kepada Radin Yang Dipertuan. Sosok ini tampaknya memiliki kedudukan yang tinggi atau keberanian yang luar biasa. Melibatkan kata-kata janji dan sumpah, penyair menciptakan kesan ketaatan dan kehormatan terhadap leluhur atau pemimpin yang dihormati.

Pertanyaan Retorik dan Nada Kerinduan: Pertanyaan retoris seperti "Mengapa mesti dia" dan "Mengapa mesti dia" muncul berkali-kali, menyoroti keheranan penyair terhadap kedatangan sosok tersebut. Nada puisi ini penuh dengan kerinduan, seakan-akan penyair tidak dapat memahami alasan atau kehendak di balik kedatangan leluhur atau tokoh bersejarah tersebut.

Rangkaian Peristiwa dalam Rindu: Puisi kemudian mengeksplorasi rangkaian peristiwa yang melibatkan sosok tersebut. Dari berdiri dalam mimpi, bersila dalam renungan, hingga terisak dalam rangkulan, masing-masing merinci momen-momen yang penuh makna dan emosional. Sumpah untuk kembali dari Seri Menanti dan kemudian kuburan di Kampung Tengah memberikan dimensi dramatis dan kesetiaan yang mendalam.

Kembali ke Tanah Leluhur: Ada juga ungkapan mengenai kembalinya sosok tersebut ke tanah leluhur, menunjukkan siklus kehidupan dan kematian yang melekat pada keberadaan manusia. Sosok ini dihubungkan erat dengan tanah, menyiratkan bahwa hubungan dengan leluhur dan tanah air adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitasnya.

Pertemuan dalam Rindu: Puisi mencapai puncaknya dengan pernyataan bahwa pertemuan dengan sosok tersebut terjadi dalam rindu diri penyair. Ungkapan ini menunjukkan bahwa rindu adalah medium atau tempat di mana pertemuan, baik fisik maupun spiritual, terjadi.

Puisi "Di Seberang Rindu" adalah puisi yang memperlihatkan kerinduan yang mendalam terhadap leluhur atau tokoh bersejarah yang muncul dalam mimpi dan rindu penyair. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan gambaran yang puitis, Upita Agustine berhasil menggambarkan perasaan, pertanyaan, dan kerinduan yang mungkin dialami oleh banyak orang terhadap akar-akar sejarah dan leluhur mereka. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan masa lalu dan identitas mereka yang tercermin dalam rindu yang mendalam.

Upita Agustine
Puisi: Di Seberang Rindu
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.