Puisi: Maret Lima Empat (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Maret Lima Empat" karya Kirdjomuljo mengeksplorasi tema alam, perubahan waktu, dan keberadaan manusia di dalamnya.
Maret Lima Empat

Sampai malam kemarin
Bulan masih lewat
Masih kuning sedikit merah
Di tengah masih seperti beringin tua

Dari sabit lalu purnama
Lalu sembunyi sebentar hari
Bulan depan
Kembali di ujung cemara

Lewat
Pergi
Hilang
Dan kembali, Begitu

Dari sebelah halaman
Ada bayi menangis
Gadis menghitung hari dengan jari
Itu yang kujumpa, tak bisa terlupa

Bulan masih datang
Bulan depan bermain lagi
Di ujung dan di antara cemara

Masih-masih lewat, pergi
Dan berpisahan

Tapi sudah sama ketemu
Dan itu akan diingatnya

Zenith, Maret 1954

Analisis Puisi:

Puisi "Maret Lima Empat" karya Kirdjomuljo mengeksplorasi tema alam, perubahan waktu, dan keberadaan manusia di dalamnya.

Simbolisme Bulan: Bulan dalam puisi ini menjadi simbol perubahan dan kelangsungan waktu. Bulan yang terus berulang-ulang mewakili siklus alam yang tak terhindarkan. Perubahan fasa bulan dari sabit menjadi purnama mencerminkan perubahan dan perjalanan waktu yang berkelanjutan.

Personifikasi Bulan: Penyair memberikan karakter manusia pada bulan dengan menggambarkan gerakannya seperti bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini menciptakan kesan bulan sebagai entitas yang hidup dan memiliki peran dalam kehidupan manusia.

Kontras Alam dan Manusia: Puisi ini menampilkan kontras antara alam yang abadi dan manusia yang terbatas dalam pengalaman waktu. Sementara bulan terus berulang dalam siklusnya, manusia mengalami perpisahan dan pertemuan, mencerminkan keterbatasan manusia dalam menghadapi perubahan alam.

Imaji dan Gambaran Visual: Penyair menggunakan imaji alam yang kuat, seperti bulan, cemara, dan bayi menangis, untuk menciptakan gambaran visual yang kuat bagi pembaca. Imaji-imaji ini membantu mengekspresikan tema puisi dan mengundang pembaca untuk merenungkan arti yang lebih dalam.

Sentimen Kemanusiaan: Puisi ini juga menyoroti aspek kemanusiaan, seperti kehadiran bayi yang menangis dan gadis yang menghitung hari dengan jari-jarinya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun alam terus bergerak dalam siklusnya, kehadiran manusia tetap relevan dan bermakna dalam konteks waktu yang terus berubah.

Kesimpulan tentang Kenangan: Puisi ini berakhir dengan refleksi tentang kenangan. Meskipun perubahan dan perpisahan terjadi, penyair menegaskan bahwa momen-momen yang dijalani bersama akan tetap diingat dan diabadikan dalam ingatan.

Dengan demikian, puisi "Maret Lima Empat" adalah sebuah puisi yang mendalam dan reflektif tentang hubungan antara manusia, alam, dan perubahan waktu.

Puisi
Puisi: Maret Lima Empat
Karya: Kirdjomuljo

Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.