Puisi: Mengenang Hamzah Fansuri (Karya Bambang Widiatmoko)

Puisi "Mengenang Hamzah Fansuri" karya Bambang Widiatmoko menghormati dan mengapresiasi warisan intelektual dan spiritual dari seorang penyair sufi ..
Mengenang Hamzah Fansuri

Seolah membaca jatidiri di tengah rasa sepi
Mengenang penyair sufi Melayu Hamzah Fansuri
Mencoba menangkap makna simbolik yang dituliskannya
Dalam susunan kata-kata yang berirama.

Sebagaimana Hamzah Fansuri mengikuti Iraqi
"Laut sedia; apabila berpalu menjadi ombak baharu
Dikata orang 'ombak'. tetapi pada hakikat laut jua".
Kembali mengingatkanku akan sangkan paraning dumadi.

Demikian pula ketika Hamzah Fansuri menuliskan
"Dari pada air itu jangan kaulari,
Supaya jadi engkau matahari".
Betapa matahari telah menjadi cermin
Memancarkan Nur Muhammad di alam semesta
Pusat dari segala cahaya
Cahaya yang menjadi cahaya di hati kita
Penyair pencari cahaya di balik makna kata.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Mengenang Hamzah Fansuri" karya Bambang Widiatmoko adalah sebuah refleksi yang mendalam terhadap karya Hamzah Fansuri, seorang penyair sufi Melayu yang karyanya penuh dengan simbolisme dan makna yang mendalam.

Penyair Sufi Melayu Hamzah Fansuri: Puisi ini dimulai perjalanan introspektifnya dengan mengingat Hamzah Fansuri, seorang penyair sufi Melayu yang terkenal. Hamzah Fansuri dikenal karena karyanya yang penuh dengan kebijaksanaan spiritual dan simbolisme yang mendalam.

Menggali Makna Simbolik: Penyair mencoba menangkap dan menggali makna simbolik yang terkandung dalam karya Hamzah Fansuri. Simbolisme yang digunakan oleh Hamzah Fansuri seringkali menggambarkan kebijaksanaan mistis dan pemahaman akan hakikat alam semesta.

Referensi kepada Iraqi dan Sangkan Paraning Dumadi: Puisi ini juga merujuk pada kata-kata Iraqi, yang menyoroti konsep bahwa laut sebenarnya adalah sumber dari segala ombak. Referensi ini kemudian mengingatkan penyair akan konsep Sangkan Paraning Dumadi, yang merupakan keyakinan Jawa tentang hakekat kehidupan dan alam semesta.

Cahaya sebagai Pusat Kehidupan: Puisi ini menyoroti pengertian Hamzah Fansuri tentang cahaya, di mana ia memahami matahari sebagai cermin yang memancarkan Nur Muhammad (Cahaya Muhammad) ke seluruh alam semesta. Matahari menjadi simbol pusat cahaya dan kehidupan, serta metafora bagi cahaya yang menerangi hati manusia.

Penyair Pencari Cahaya: Akhirnya, puisi ini menggambarkan Hamzah Fansuri sebagai seorang penyair pencari cahaya di balik makna kata-kata. Dia bukan hanya seorang penyair, tetapi juga seorang pencari kebenaran dan pencerahan spiritual.

Dengan demikian, puisi "Mengenang Hamzah Fansuri" karya Bambang Widiatmoko adalah sebuah refleksi yang menghormati dan mengapresiasi warisan intelektual dan spiritual dari seorang penyair sufi besar, serta sebuah usaha untuk memahami dan menggali makna yang terkandung dalam karyanya.

Puisi
Puisi: Mengenang Hamzah Fansuri
Karya: Bambang Widiatmoko
© Sepenuhnya. All rights reserved.