Puisi: Nafiri Ciputat (Karya Bahrum Rangkuti)

Puisi: Nafiri Ciputat Karya: Bahrum Rangkuti
Nafiri Ciputat (1)


Mari bersinandung lagi, sayang
sebagai dulu, pebila ramadhan datang kembali
Kita lagukan insan, cinta, dan Ilahi
Kita nyanyikan kehidupan: kini dan bakal datang

Melodi cinta dan perjuangan
nyanyian mujahid mujahidah ditayang cita-cita
kadang remuk pecah dalam mencari kehampiran pada-Nya
kadang ditendang dunia, kar'na ingin menyatakan ilmu urfan

Ale dongan! Mari kawan-kawan, para saderek, para priyantun
Ajjuha'l-ichwaan! Sisters and brethen di Timur dan Barat
O mes amis, mari berdendang, mari berpantun
Inilah kidung keabdian, berkilim hikmat

Simakkan, simakkan...!

Lama nian tak meniup seruling Khatulistiwa
Apakah tersendat oleh gesekan peristiwa
atau bisikan dari atas turun tak sempat
padahal bumi rindu, haus, 'lah lama menantikan hujan?

(Dan kita tahu, Tuhan dan malaikat-Nya turun ke langit bumi
Pada pertemuan akhir malam - kata hadits Tirmidzi -
Agar tahu Ia siapakah di antara hambanya
Benar-benar mengabdi atau hanya bersufi-sufi)

Syukur, bulan ini berkalang kurban dan kasih sayang
membuka pintu langit, kehampiran dan Rahman Ilahi
dan kita pun dituntun-Nya sejak tahun-tahun berselang
meneliti wahyu-Nya dan mencermati kecondongan hati

seraya mencoba mengamalkan kehadiran-Nya
di tengah-tengah manusia, jin dan syeitan

(Masih ingat, sayang, betapa nikmat mandi-mandi di Cilincing
dibanting ombak ke sana dan ke sini.
Rambutmu tergurai. Akhirnya di bawah pohon kelapa
kita asyiki tafsir Quran dan Asrar-i Chuudi.

Amboi insan, Tuhan dan sastra Iqbal di pantai
laut Jawa. Hati kita membadai!)

Hingga oleh latihan bersama - empat belas tahun silam! -
Kita didera angin, gelora, dan wahyu Ilahi habis-habisan
himmah menyala dan iradah memadat
bergumul dengan sintaksis Quran dan seluk beluk Islam
dalam Ghazzali, Al Maraghi, Abduh, dan Mahmud Ahmad
- seringkali kita berbantah - 
tapi hasilnya kita bergairah
menyampaikan kerunia samawi ini ke pedalaman,
kota, dan pulau

Dari Sabang ke Banda Aceh dan Lho Seumawe
langsung ke Medan, Sibolangit, dan Kaban Jahe
(menjuah-juah karina, kujakan sile!)

Dan ummat Aceh dan Karo datang bertanya bertalu-talu
- Mengapa kita sampai begini
Banyak dzikir kita siang malam
hampir-hampir hancur hidung di lapik sembahyang
namun nasib tak berubah jua!
Apakah iman dan alam Islam lah terbang ke bintang Suraiyya?

Dan kita menjawab menyimpul tanya:
- Pebila kita mendalami wahyu Ilahi
Pebila mengamalkan isinya, hingga si miskin berdiri lagi

Si buta dapat menikmati sinar surya?
Si petualang menjadi penabur kata Tuhan ke mana-mana
Si lumpuh rohani tegak berdiri dan menyampaikan
makrifat Ilahi ke tengah-tengah manusia kehilangan jalan


Nafiri Ciputat (2)


Dan kini, sayang sesudah berbilang tahun merenungkan
wahyu-Nya dalam kesepian malam dzikir diseling amal ibadah
jauh dari solek dan pamor dunia di tengah-tengah gelisah resah
kota Jakarta, bebas dari selera farji dan kebendaan

kita belajar menumbuh cinta pada tanah, fakir, dan Tuhan
Kita dirikan gubuk-gubuk pertanian dan bengkel manusia
dari bahan-bahan bekas bangunan dan rongsokan pelabuhan
bagi para pemukim kita: janda, jatim, miskin, dan tuna karya

Bukanlah Tuhan telah berfirman sejak Ia muncul di Makkah
agar menjadi tangan kanan-Nya (ashaabu'l-maimanah)
melenyapkan kezaliman, miskin, dan kelaparan
dan mendirikan mereka yang merana kapiran?

Semula berat nian cita-cita ini. Memberi mereka cukup pangan,
iman, dan sandang. Menyibuki setiap orang sejak terbit matahari
dengan ilmu, kerja tangan, dan kesadaran ber-Tuhan
agar berangsur-angsur mau meningkat pada pengabdian hakiki

Kau suntik mereka sewaktu-waktu dengan tanganmu alit dan sakti
Kutuntun mereka sehabis gerak badan waktu subuh menyembah Ilahi
Kita ajari mereka sekelumit tata cara dan hukum masyarakat pertama
sebagai poyang kita Adam a.s menyemai dasar pergaulan manusia

Dan sebagai dia, ribuan tahun berselang -bacalah Genesis dalam Taurah
dan Suratu'l Baqarah - kitapun menghadapi pelbagai akal licik
jin, seyitan, dan iblis: golongan tinggi kaum seleweng cerdik
dan si bulus penimbul putus asa di proyek kita: Panti Sosial Ibadah

Sang jin ogah membina kaum terlantar atas dasar hidayah Tuhan
Ia berkata: - Perlu apa pusing-pusing menuntun tuna karya bersembahyang?
Cukup bagi mereka sekedar sandang dan pangan lalu diungsikan
ke kebun-kenun teh dan kelapa sawit di Sumatra Utara! (Ia orang berkuasa)

Temannya, sang syeitan, ingin meraih untung bagi golongannya
oleh hasut dan bisik-bisikan, kitapun tersorong kepada dua alternatif
tunduk pada kaidah konyol mereka secara bulat dan positif
atau memutuskan hubungan sama sekali. Ia melotot dan kita tak bisa apa-apa

Sang Iblis, seperti prototipnya zaman dan menyaru menjadi ular
dilepas Ratu Jin ke tengah-tengah Nuru'l Iman kita
membujuk-bujuk dengan suara merayu. Ia ingin menambah dana dan sarana
tapi dari dalam, diam-diam ditimbulkannya kerusakan dan onar

Akhirnya jin mendekritkan alasan, segala sesuatu harus dikoordinasi
dari Pusat - Apakah ini bukan etatiske dan bertentangan
dengan UUD empat puluh lima? - Yah, apa ndak dikata?
Kita dihambat dari semua jurusan.
Beraspun distop bagi fakir miskin sehari-harian

Hidup jalox de metier!
Hidup kecemburuan penuh ambisi!

Rabbana, tahulah kita konon tak mudah beramal ibadah
Ingin sang jin dan konco-konconya menutup Nur Ilahi dengan bacot-bacot mereka

Ngomong ke sini dan ngaco ke sana. Politik lihai dan memecah belah!
Dan kitapun merambah jalan baru atas petunjuk Tuhan alam semesta

Hampir-hampir kita tak bisa bergerak lagi. Dunia serasa kelam.
Hanya satu harapan tinggal: tahajud tengah malam
dengan cucuran airmata. Mengetuk pintu 'arasj Ilahi
dan memohon bantuan:
- Allahumma, lepaskanlah kami dari bencana ini!

Tidak mau tahu, mereka umumnya masuk golongan
jin, sebut Quran dan tertutup mata hatinya untuk agama
Jin semasa Adam merasa dirinya cukup mulia
Jin dewasa ini memalingkan muka dari apa yang bersifat ke-Tuhanan

Mereka benci pada wahyu Ilahi, yang tujuannya mengendalikan
tingkah laku insan, justru dari dalam: niat dan emosi yang dikuduskan
Jin dan konco-konconya melihat kondisi manusia dari luar semata-mata
Pembinaan Orde Baru tanpa pesertaan Tuhan dan Wahyu-Nya

Akan menghidupkan bumi sesudah matinya, firman Allah.
Dan disediakan-Nya prasarana bagi pembinaan Bumi
dan Langit baru: hati insan penuh harap dan menanti
kata-Nya datang turun dari atas dengan segala kecerahan

hingga realisasi demokrasi Panca Sila menjadi unik:
karena merupakan usaha penemuan baru dalam pemberian air rohani
pada mekanisasi pemerintahan dan seluruh lembaga politik
Punya kekuasaan namun tetap mengabdi
pada insan dan Tuhan Ilahi Rabbi

Kita menjadi pekerja, seniman, pegawai, pengawal, pembina, dan rakyat
tidak megah dan menepuk-nepuk dada, tapi giat dan berjiwa pengabdian
Sadar, ia hadir setiap saat dan mengetahui isi relung hati yang berdetak
Tiada suatu luput dari ilmu-Nya: yang tersembunyi dan bergerak

Kita berdaya menanggulangi soal-soal pelik sosial dan kebudayaan
mengembalikan martabat insani bagi kaum miskin dan terlantar
bukan media kultus kepada kelompok-kelompok berwibawa dan tenar
namun dengan menumbuhkan iman dan tauhid kepada Allah s.w.t

Inilah kekurangan kita selamanya ini: terlalu memandang pada tokoh-tokoh
kuat dalam mata orang banyak: tapi kurang menilai lubuk hati mereka
Kita terlempar kar'na konflik pandangan hidup: hendak menghayati
kehadiran Ilahi dalam masyarakat. Mereka mengingkari keperluannya

Maka dalam kebimbangan meneruskan cita-cita di bidang sosial ibadah
ataukah bergabung tetap dengan yang mencibirkan pesertaan Tuhan
dalam amal pembinaan insan, atau memilih jalan sendiri, lega
dan berani. Ia datang tak terduga-duga mengalirkan bantuan-Nya

Ia Maha Kaya dan tiada suatupun mustahil bagi-Nya
seolah-olah disungkap menjelma di tangan kita apa yang diperlukan
Kadang sebagai pemberian kawan, tak ingin disebut namanya
Kadang dari orang yang 'lah lama ingin memberi sumbangan

Atau pula imbalan karangan yang sudah tak diharapkan lagi
disampaikan kepada ketika pada waktu dekat putus asa
atau pasien yang kau tolong dari cekikan maut oleh karunia Ilahi
menyerahkan bantuan berlimpah-limpah. Langitpun tertawa

Demikianlah hidup kita, sayang, sejak tahun limapuluhan enam
Tercapai dengan bantuan Tuhan setelah puluhan tahun berjuang
jatuh berkali-kali, terguling dihantam dari kanan dan kiri
namun akhirnya dengan semangat jihad berdiri lagi

Aduhai, alangkah ajaibnya, namun mendekati kenyataan!
Tuhanpun dalam waktu-waktu begitu, memperlihatkan penjelmaan baru
Apakah ini mungkin? Padahal ia azali dan abadi!
Ataukah dinyatakan-Nya aspeknya, selama ini tak kita pikirkan?

Ia berkata-kata dalam bahasa Indonesia dan pelambang samawi
Ia mutakalim, berbicara terus tanpa berhenti

Terasalah ke jalan Muhammad Rasulullah
sebab oleh kemunculannya 131/2 abad yang lalu, langit kian cerah
hingga kini. Dan corong langit lantang bersuara penuh hikmat
bagi setiap insan di Timur dan Barat

insan pencari Tuhan dan penegak keadilan kebenaran
orang yang memperkenalkan diri sebagai abdi-Nya
dan mau menjadi mazhar silat Uluhijjah
dalam diri, ke luar dan masyarakat seantero

Inilah Islam: bernisbah mesra dengan Allah
dan 'nentiasa setia, taat kepada-Nya
meski dilanda mara dan bahaya, kemiskinan dan maut
tetap pada-Nya asyik berpaut
dan sedia menerima impresi keagungan-Nya dalam kalbu
semasa suka ataupun duka memburu
Oleh hasrat menumbuhkan iman dan taqwa
kita tolak setindak demi setindak semua kecondongan
angkara dan nafsu kehewanan
yang dilupakan naluri kita
Dan di dalam mendekati cinta-Nya kita berdaya
sekuat tenaga memurnikan cita, cita-cita dan amal perbuatan
dalam hidup pribadi dan kebersamaan
Giat siang malam di tengah-tengah makhluknya
memperbaiki nasib mereka

Akhirnya membina umat yang cinta kepada-Nya
hingga dalam pengabdian total
- kadangkala terasa tulang dan otot mau pecah - 
ditarik-Nya kita ke pangkuan-Nya
dan kitapun dibujuk-Nya, dibela-Nya
dengan rangkaian kata kasih dan kecerlangan...


Nafiri Ciputat (3)


Bukan hanya pertarungan melawan jin kita senandungkan
ataupun mematah siasat bulus iblis dan syeitan
Kita berjihad, mengukur tenaga dengan diri sendiri:
dosa, kelemahan, dan kesalahan bertumpuk-tumpuk dari waktu ke waktu

Membedah dada yang menyombong dengan perantaraan Roh Suci
dan kalam Ilahi, diturunkan Allah subhanuhu wa ta'ala
pada malam segala malam: Lailatu'l Qadr. Masih ingatkah sayang?
Pebila kau tergeletak antara hidup dan mati di ranjang?

Dan aku menjaga dengan air mata mengalir perlahan.

Dan hatiku terpanjat doa ke hadirat-Nya. Dan malam kelam.
Segala sesuatu terasa berat dan menekan. Tiba-tiba rohmu menerawang
dan kau lihat sendiri tubuh kasarmu terkapar di tilam dari atas
- Ini kau katakan kudiam, pebila kau balik bernafas -

Hanya satu bergumam di ujung lidahku: La ilaha illa'l-laah!
diiringi sifat-Nya Ash Shafi, maha Penyembuh Penolak ajal
Kuucapkan doa ini berkali-kali.
Aku sendiripun merasa nyeri dan sengal
Dan kulihat wajah-wajah alam Barzah turun ke bumi. Subahana'llaah

Akhirnya tenang kau kembali
habis pergulatan di batas rohani
dan materi di penghujung kesegalaan ini
turun naik nafasmu seirama dengan dzikirku

Dan di dalam mengharap-harap cemas turunnya kerunia
Ilahi, menjelmalah ia tiba-tiba, datang dengan rupa
tak tersifatkan. Bukan dari dunia ini!

Allahu Akbar!

Suaranya mengumandang
dan wajahnya terang di lingkung cahaya
mengaku utusan Rasulullah salla'llahu 'alaihi wa sallama

(Apakah Jibril, pendukung wahyu
ataukah Mikail, pembawa kunci ilmu dunia?)

Waktu seolah berhenti
tapi pandangku menembus ke seberang sana
Dari kebatinan dalamku ke luar hasrat
merangsang lidahku kelu mengeluarkan
satu demi satu semua maksiat
kelemahan dan kebodohan pernah kulakukan

Wajah samawi itu kian memancar
menuding kepadaku terus menerus
seraya berkata: - Jangan sangka dosamu dapat diampunkan

dan kau kembali ke jalan lurus
jika tak kau katakan semua sampai sekecil-kecilnya!
Dan alihkanlah hidup penuh kebaktian
kepada Al Khaliq Maha Pencipta alam semesta
Tumbuhkan pada kawan hidupmu ini cinta kasih sayang
'lah agak lama kau tinggalkan!
Pelangi hawa nafsu dan cinta kosong kau buru
di lembah dan ngarai sepanjang hari
menjadikan kau membuntu. Malah kau kian jauh dari pada-Nya

Hidupmu selamanya ini ibarat urat bulu
melata memakan daun rohanimu hingga berlubang-lubang
Sedikitpun kau tak beranjak dari sini dan kini
Kau lalaikan hidup bakal datang
kar'na terbenam dalam selera dunia semata-mata!

(Aku diam terpaku menyimakkan pekerti diri sendiri)

Ketahuilah, hal orang yang mencari jalan kepada Tuhan
kau hanya punya arti di sana, jika kau bina pribadimu sejak di sini
dan sering melatih diri mengatas ke alam rohani
dan cita-cita murni, agar dapat kau bersentuhan
dengan qudrat malaikat

Ini hanyalah mungkin dengan berdaya mengekang arus syetanmu
yang terus menggejolak dan memperdayakan
Mulailah, singsing lengan bajumu
Kami akan mengulurkan bantuan
Carilah Nur keabdian dari sifat-sifat Ilahi
yang bekerja di dunia ini dan di seberang makam
Tak ada pemisahan antara sini dan sana
Keduanya tasjbhijjah dan tanzihijjah -identik dan transendensi
Dan jadikanlah pribadimu subyek. Bukan permainan selera

dan angkara murka sebagai selamanya ini
Inilah jalan kembali kepada-Nya...

Dan kubukakan semua kesalahan, dosa, dan khianat
pernah singgah di percik benakku atau kubuat diam-diam.
Dari harta kebendaan kuhambur-hamburkan
hingga kecup dan peluk tubuh hangat-hangat
di gubuk pantai dan puncak gunung
(menggigil aku waktu mengulangi segala ini!)
Aduhai zaman edan menghilang, namun tetap membekas
dalam kalbu hitam. Berapa banyak sudah hati pecah
dan cita-cita luhur kandas
di tengah jalan, dek luapan rasa
menjadi-jadi tak terkendalikan
hingga akhirnya menceret daku ke lubuk nafsu

durjana lain di dalam kancah kian lama
kian membesar dan berputar-putar
melengkung tak berkeputusan...

Tuhan, Engkaulah Maha Pengampun dan Penyayang
Segala kesalahan besar kecil
yang diketahui insan ataupun tidak kelihatan
(itulah doa'ku malam itu)
yang merugikan orang lain
atau yang menodai diriku sendiri
yang menghapus martabatku sebagai hamba dan abdi-Mu
hanyalah Engkau yang dapat menutupnya

Semuanya itu telah kubukakan kepadanya, cahaya
dari cita-citaku, mimpi dari idamanku
dalam membina keluarga penerus cita-cita Pesuruh-Mu
Muhammad sall'llahu 'alaihi wa sallama

Tuhan, agaknya iapun tak sembuh-sembuh jua kar'na kesalahanku

bertumpuk-tumpuk dari hari ke hari
dicatat oleh para malaikat dan disampaikan kepada Engkau

Tuhan, pulihkanlah kembali kesehatannya sebagai dulu
Engkaulah Maha Penyembuh
dan Pengembali kekuatan makhluk-Mu
Engkaulah Hafi, Haijun, dan Qajjuum
Engkaulah Mahkota kesembuhan
Engkau sumber tenaga dan kehidupan
Engkau penunjang usia dan kelanjutan bermukim
di dunia ini dan di akhirat kelak

Tuhan, gerakkanlah takdir-Mu
agar ia utuh kembali
sehat dan segar sebagai semula!

Allahumma, berilah hamba juga kesempatan
memperbaiki kelemahan dan dosa-dosa
demikian banyak kulakukan hingga saat ini
Apabila kuingat semuanya itu, Rabbi
rasanya sukar bagiku tetap berdiri sebagai insan
dan suami dari seorang yang Engkau cintai
sebagai ayah dari empat keturunan tidak bersalah

Langit gelap dan menekan rongga dadaku, Ilahi
Ya Allah, singkirkanlah beban ini daripadaku
Engkau tempatku bergantung
Engkaulah Pelepas dari segala kesukaran
Engkaulah Maha Pemberi harapan
bagi setiap insan yang lemah
Engkaulah Nur, Cahaya daripada Cahaya...

Dan di dalam doa bergenang airmata
hati mengarus kepada-Nya, Rabb'l alamina
menantikan keputusan-Nya dalam hening tengah malam
kau siuman. Wajahmu terang bercahaya
Kulihat sinar redup sepoi sekitarmu
Aku terkejut dan hatiku berbisik:
- Apakah rohnya hendak balik kepada Tuhan kini? -
Tetapi tiba-tiba mengalun suara:
Anakku... Aku Muhammad kini berbicara di bibir istrimu.
Ia akan sembuh dari semua derita dan penyakitnya selama ini

Bersyukurlah kepada-Nya, anakku
karena engkau telah disimakkan-Nya
Diberi-Nya kau jalan memperbaiki amalmu
sebelum meninggalkan dunia ini
menyempurnakan imanmu
dan melebur dosa-dosamu tak terkira banyaknya
Bergembiralah! Hiduplah beribadah
agar engkau masuk hitungan di langit
Dan cintai kawan hidupmu ini
Jangan kau berdusta lagi barang sejenakpun
Inilah inti kesalahanmu selamanya ini
yang mengait dosa-dosa lain
Ajari putriku ini seluruh Qur'an
sampai selesai
Renungkan satu-satu lafaznya dan hubungkan arti
yang satu dengan korelasinya di ayat lain dalam kandungan Wahyu Ilahi
Allah telah meletakkan hikmah berserakan dan berpautan
di seluruh untaian kata-Nya

Tinggalkan pekerjaanmu di kantor
Rezeki kalian tak usah dipusingkan
Tuhan akan menyediakan makanan dari langit dan bumi
asal kalian telaah Qur'an siang malam
seraya merenungkan apakah pesan-pesan Islam
dewasa ini untuk dunia dan tanah airmu sendiri!
Aku akan datang sendiri berkali-kali
jika ada ayat Ilahi yang kalian tak mengerti benar
atau oleh otak ulama salah ditafsirkan

dan akan kuterangkan apakah luasan maknanya
untuk zaman sekarang

Jika ada yang lebih sulit lagi
Ia sendiri akan menguraikan isi firman-Nya
Inilah haqqu'l-yakin dalam makna hakiki
Tuhan, berbicara dan berdialog dengan insan

Berbahagialah, anakku
dan bergembiralah kalian
dalam mencari keridhaan dan kehampiran kepada-Nya!
Bekerjalah keras
Zaman ini bukan untuk lengah dan bermalas-malas
Dan tinggalkan tanda-tanda Muslim Muslimah di dunia ini
Jalankan tugas-tugasmu dengan penuh kecintaan
Sampaikan kepada insan, apakah cinta sebenarnya
cinta yang dikehendaki Ilahi subhanahu wa ta'ala
bukan api cinta-cintaan
sebagai kau sendiri pernah dipermainkannya
dan hangus terbakar olehnya
Tapi cinta merealisasi kehendak ilahi di bumi ini

melepas manusia dan belenggu-belenggu dosa
miskin, bodoh, penyakit dan derita!

Pikirkanlah benar-benar segala ini
dan karangkan buku berjudul 'Cintaku'
agar dapat kau panggil mereka yang kehilangan jalan
kepada-Nya kembali
dan beroleh taufiq hidayat-Nya

Jadilah penyelamat bagi jin, syetan, dan manusia!

Dalam pesona ta'jub pada tadjali Ilahi ini
aku hanya bisa berkata:-Insya Allah, ya Rasulullaah!

Maka sejak malam itu (empat belas tahun silam)
belajarlah kita memahami lembaran ayat-ayat-Nya
senuktah demi senuktah
seayat di sini dinisbahkan dengan ayat lain di sana
sesurah demi sesurah
seringkali pula bersimpuh pada kaki Nabi
menyimakkan katanya dalam mendalami bermacam-macam
pelambang, nilai kata dan intihakikah Islam
bernisbah dengan zaman kini, lalu, dan bakal datang
bangsa demi bangsa dulu dan dewasa ini
tepat dan serongnya amal dan cita-cita insan
menghampiri Tuhan
menyatakan eksistensinya di bumi Allah ini
dalam pelbagai corak dan iklim berporak-poranda

Oleh sebab itu, wahai pembaca tercinta
buku ini akan melukis wilayah cinta
nyala dan maraknya
mendidih menggelora lantang menjulang
dan apa hubungannya dengan kehidupan insan
cinta dalam arti luas
kar'na merangkum seluruh kegiatan
perjuangan dan cita-cita manusia Muslim Indonesia
sebagai kunjung dialami, pikirkan
dan diindera oleh hamba dhaif ini
yang banyak mempunyai kesalahan di zaman lalu
tapi ingin menjauhinya untuk waktu seterusnya
dan jika ada taufik hidayat-Nya
ingin balik kepada-Nya penaka abdi-Nya penuh.

Mari kawan
Ayo kita beramal di jalan-Nya
Kita perbaiki diri
Kira sempurnakan tekad
Kita bulatkan tujuan
agar menjadi abdi-abdi dan kecintaan-Nya!


24-11-1969

Sumber: Horison (Juli, 1970)

Catatan Admin:
Puisi Nafiri Ciputat merupakan puisi yang cukup bebas; jumlah lariknya tidak konsisten, bentuknya tidak terikat pada jumlah larik tertentu, unsur rima akhir tidak begitu diperhatikan, jumlah suku katanya juga tidak tertentu.

Puisi Nafiri Ciputat merupakan puisi yang cukup panjang, berisi ajakan untuk mengamalkan ajaran agama dan kecaman terhadap orang yang tidak mau mengajak gelandangan ke jalan agama.

Bahrum Rangkuti
Puisi: Nafiri Ciputat
Karya: Bahrum Rangkuti

Biodata Bahrum Rangkuti:
  • Bahrum Rangkuti lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara.
  • Bahrum Rangkuti meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1977 di Jakarta.
  • Bahrum Rangkuti adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.