Pertemuan Malam di Kanda
+ : Selamat malam, orang asing
Aku pandang wajahmu seperti buku
Yang dapat aku baca sambil tiduran
Lebih-lebih di musim dingin ini
Dalam kamar hangat tanpa gerisik angin
Yang suka memanjakan khayal kala menonton sandiwara
Pun wajahmu seperti koran
Yang bingung melaporkan peristiwa dan kejadian
Lalu mengecam diri dengan pena majal
- : Terima kasih, saudara
Jangan salah faham, justru saudara sebenarnya tarih
Sejarah, yang mencatat kekalahan dan kemenangan
Dengan tokoh kata yang tampak sebagai huruf besar
Dalam filsafat, matematika dan ilmu hayat
Tanpa hukum tanpa dalil
Hanya denyut dada dan sinar mata
Mencipta nilai untuk 90 atau 100 tahun
Tegasnya sepanjang hidup sebelum jaman pikun
+ - : Bukankah kita sebenarnya satu nafas satu darah
Yang terengah-engah dalam langkah sejarah
Dan
+ : Ah, tidak, tidak!
- : Memang tidak?
+ : Baik kita masing-masing pulang
Selamat malam
- : Masih ada sepotong malam
Kita habiskan di jalanan
+ - : Mari!
+ : Dengar, aku memang suka menulis lakon
Sejarah, dari babak hidup petualangan
Dengan membagi peranan dan watak
Si kurang ajar yang mengucapkan kata-kata mutiara
(Pasti, bukan? Hatiku menebak)
Dan penonton akan bertepuk tangan
- : Cobalah, letakkan naskahmu yang akan datang
Di pangkuanmu, lalu renungkan judulnya
+ : “Dialog Penghabisan”. Benar?
- : “Dialog Permulaan”. Benar!
+ - : Selamat malam
Tokyo, 1965
Puisi: Pertemuan Malam di Kanda
Karya: Sugiarta Sriwibawa
Catatan:
- Sugiarta Sriwibawa lahir di Surakarta, pada tanggal 31 Maret 1932.
Baca juga: Puisi tentang Senja dan Hujan