Puisi: Senja (Karya Fridolin Ukur)

Puisi "Senja" karya Fridolin Ukur adalah sebuah karya sastra yang merenungkan tentang makna dan perasaan yang terkait dengan senja.
Senja (1)
Seuntai sajak ulang tahun ke-60


Orang kata:
Senja adalah petang-petang resah
karena yang dijelang adalah malam,
warna pun kian kelabu
lalu gelap, pekat dan hitam.

        Orang kata:
        senja adalah detik-detik galau
        karena yang dijelang
        adalah kerentaan yang kian lelah
        kesemarakan hanya kenang
        yang lama pudar

Orang kata:
senja adalah tepian segala keluh
daun-daun letih mulai gugur
bersama mentari yang mulai lusuh

        Tapi bagiku:
        senja adalah kematangan dewasa
        pengalaman hidup, utuh ranum
        dalam kemesraan anggun
        dapat menoleh kelampauan
        menatap penantian
        penuh kesejukan syandu bersama
        Tuhanku!


Senja (2)


 Terasa hangat rahmat
nikmat melekat
sepanjang kembara usia
enam puluh tahun
terasa halus dalam belai
lembut dalam jamah
segala berkat terurai

        lembar-lembar anyaman kenang
        seperti berlomba menguak mimpi
        tahun-tahun terlewat
        sepanjang kelana usia
        sehitungan enam puluh tahun
        sejarak enam dasa warsa
        usia pun bertambah tua!

Bersama raut senja ada semarak
keindahan yang semakin sejuk
seakan ria datang bersama fajar
menghapus batas sepi

        di dada bermekaran bunga-bunga pagi
        lagu-lagu ceria bersenandung lagi
        hari-hari tak pernah murung


Analisis Puisi:
Puisi "Senja" karya Fridolin Ukur adalah sebuah karya sastra yang merenungkan tentang makna dan perasaan yang terkait dengan senja. Dalam dua bagian yang berbeda, penyair menggambarkan pandangan umum orang tentang senja dan kemudian mengungkapkan pandangannya sendiri yang lebih mendalam dan positif.

Senja (1): Pandangan Umum tentang Senja

Pada bagian pertama, penyair menggambarkan pandangan umum tentang senja seperti yang sering diucapkan orang. Senja digambarkan sebagai periode yang resah, yang menandakan pendekatan malam. Pada tingkat visual, senja ditandai oleh perubahan warna menjadi kelabu, gelap, dan hitam. Ini menciptakan suasana penuh keraguan, galau, dan kesedihan.

Senja (2): Pandangan Pribadi tentang Senja

Bagian kedua memperlihatkan pandangan pribadi penyair tentang senja yang lebih positif dan mendalam. Penyair menggambarkan senja sebagai "kematangan dewasa" yang datang dengan pengalaman hidup. Senja bukan lagi tentang resah dan kegelisahan, melainkan tentang kedewasaan dan kesejukan. Penyair menggambarkan pengalaman hidup sebagai "lembar-lembar anyaman kenang," yang menggambarkan akumulasi kenangan dan pengalaman sepanjang perjalanan hidup.

Dalam pandangan penyair, senja juga membawa semarak keindahan yang semakin sejuk dan menghadirkan rasa bahagia seperti fajar yang datang setelahnya. Penggambaran ini menciptakan perasaan harmoni dan kebahagiaan yang menghapus batas kesepian dan kegelisahan yang terkait dengan senja.

Puisi "Senja" karya Fridolin Ukur mengajak pembaca untuk merenungkan pandangan yang beragam tentang senja. Dari pandangan umum yang resah dan galau, penyair berpindah ke pandangannya sendiri yang lebih positif dan mendalam. Puisi ini mengekspresikan pemahaman penyair tentang senja sebagai tahap kematangan dan pengalaman hidup yang menghadirkan kebahagiaan dan keindahan. Dengan demikian, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna mendalam dalam perubahan alam dan bagaimana kita dapat merasakan keindahannya dalam perjalanan hidup kita.

Puisi: Senja
Puisi: Senja
Karya: Fridolin Ukur

Catatan:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.