Puisi: Sindoro Sumbing (Karya Kirdjomuljo)

Puisi "Sindoro Sumbing" mengandung pesan puitis yang mendalam tentang keindahan yang ada di sekitar kita dan pentingnya hidup dalam keselarasan ...
Sindoro Sumbing

Ada kala, yang jarang sekali
aku tak bisa lepas dari alam
tak bisa melupakan
tak bisa mengingkari kenyataan
yang menggulat kesadaran
menggulat kecintaan
dan sekali terhempas
dalam pusaran kabut, hitam menggigil
yang tak pernah dijumpakan di kota mana pun

Terpaku, menghadapi sebentuk ujud
kebesaran, keagungan dan penyerahan
menyerah menengadah
membiarkan segala lewat
membiarkan segala terjadi dan memeluk
melipat dataran hijau
siang dipeluk matahari
malam didekap bulan
senja dicengkam laut pasang

Terasa menghadapi sebentuk hati bumi
menghadapi kemutlakan
kesewajaran dan kehadiran yang penuh
menerima segala tiba
dengan segala, seluruh tubuh
hati dan kekayaannya
bulan, matahari, angin dan musim
kabut, malam dan halilintar
bahkan gemuruh laut tidak dicacinya

Meletakkan kedua tangannya
menengadah dengan wajah terbuka
melepas menyanyikan sebuah nyanyian
Yang tak pernah dipunyai oleh siapa pun
menerima segala kejadian
seperti sudah menjadi kepunyaannya
tidak menolak
tidak membenci
tidak berpaling dari arah semula

Ia menyimpan rahasia alam
yang tak akan pernah diketahui oleh manusia
dan tak akan pernah dikatakan kepada siapa pun
memeluk sampai tiba waktunya
tak ada lagi angin musim
tandus dan kering segala
pecah berkaparan
lepas dari ikatan pusar bumi
lepas dari ikatan cinta malam

Membiarkan segala bermain di hatinya
anak-anak gembala
lari melingkar putar-putaran gunduk
padang-padang hijau
dibiarkan melepas nyanyian alam
nyanyian kelepasan dan kecintaan alam hari
mengejar kecepatan hari
sampai letih
sampai lelah

Di hatinya turut indah berkemandang
sekejap datang
sekejap pergi
sekejap menghilang
Seperti malu kesipuan mencari sebentuk batu
menyembunyikan diri dari siang
menyembunyikan diri dari dera
menahan tangis yang pernah dipeluk
waktu menghadapi matinya sendiri

Terasa kehadirannya mencapai
sesuatu bentuk keindahan dan kemesraan
sebentuk penerimaan digulat kegirangan
sebentuk kewajaran dipeluk gairah
melukis sebentuk keikhlasan
sekumpulan impian dan kenangan
sekumpulan kecintaan dan kengerian
sekumpulan kejadian manusia, alam dan hari
tersusun dijalin angin dan musim

Di hatinya, di keningnya
pecah-pecah memancar nyanyian bukit
menyelinap di antara pepohonan
Di antara batu dan kapur
menyuruk ke jurang-jurang
membelit, melingkar-lingkar
mengabarkan hari akan siang
hari akan malam
hari akan berhenti

Terasalah di hadapannya
sebentuk batin manusia yang pernah diimpikan
memiliki segalanya
memiliki alam, laut dan kebiruan jauh
meletakkan hatinya pada bulat tanah
di tengah kehijauan
di tengah kengerian
di tengah kecintaan
di tengah apa pun

Yang tak pernah menolak
ketibaan pagi, siang, malam dan larut
ketibaan maut, lahir dan dera
mengalirkan sungai-sungai jernih
menjangkau laut
membersitkan cahaya dingin
ke tengah-tengah kota dan desa
dengan kedua tangan
dengan kedua hati

Membantu tak menolak kedatangan musim
tak menolak ketibaan bayang-bayang
seharian membiarkan segala yang datang
untuk berbuat di tengah-tengah hatinya
membiarkan anak-anak mengejar gairah
membiarkan orang-orang memburu cinta
orang-orang memburu umur
dan bertahan dari sepi, dan penyelesaian
dan tak pernah menghitung waktu

Tidak menanyakan apakah hari besok
sudah waktunya selesai
tidak menanyakan apakah hari lusa
tak ada musim gugur di langit
tidak menanyakan apakah malam nanti
akan tiba hari kematian bagi manusia
menanggung di antara kabut
memandang jauh
memandang dalam

Sehari-hari, semalam-malaman
meletakkan kedua tangan
meletakkan kedua hati
mengerjakan rahasia alam
mengerjakan rahasia lahir, rahasia batin
mengalirkan sungai-sungai kecil
melewati batas-batas kota dan desa
menjangkau laut sejauh-jauhnya
menjangkau diri sedalam-dalamnya.

Sumber: Romansa Perjalanan (1979)

Analisis Puisi:
Puisi "Sindoro Sumbing" karya Kirdjomuljo menghadirkan gambaran kebesaran alam dan keharmonisan manusia dengan alam. Puisi ini penuh dengan elemen-elemen puitis yang menggambarkan keindahan alam, keberagaman, dan ketentraman.

Kebesaran Alam: Puisi ini menggambarkan kebesaran alam, terutama melalui gambaran dua gunung, Sindoro dan Sumbing. Dua gunung ini dijadikan simbol keagungan dan kebesaran alam yang melibatkan pembaca dalam memahami harmoni antara manusia dan lingkungan alaminya.

Keharmonisan dengan Alam: Puisi ini merayakan keharmonisan manusia dengan alam. Dengan menggambarkan orang-orang yang meletakkan kedua tangan dan hati di hadapan keindahan alam, penyair menciptakan citra kebersamaan dan kesatuan dengan lingkungan sekitar.

Penggambaran Alam Sebagai Penerima: Alam dalam puisi ini digambarkan sebagai penerima segala kejadian. Penerimaan ini tidak hanya terbatas pada keindahan fisik, melainkan juga melibatkan aspek-aspek kehidupan manusia seperti lahir, mati, dera, dan segala macam peristiwa yang terjadi.

Penciptaan Citra Keindahan: Penyair menggunakan bahasa puitis yang indah untuk menciptakan citra keindahan di antara gunung, sungai, dan laut. Pilihan kata-kata seperti "nyanyian alam," "kelepasan," dan "kecintaan alam hari" memberikan nuansa positif yang membangkitkan rasa kagum terhadap keajaiban alam.

Kaitan dengan Keberagaman Alam: Puisi ini merangkum keberagaman alam, termasuk bulan, matahari, angin, musim, kabut, malam, dan halilintar. Keberagaman ini tidak hanya mencakup unsur alam fisik, tetapi juga menggambarkan keberagaman dalam kehidupan manusia yang tersusun dan dijalin oleh angin dan musim.

Kelenturan Waktu: Penyair menyampaikan konsep kelenturan waktu melalui penggambaran hari-hari yang melewatkan segala sesuatu di tengah-tengah hati manusia. Konsep ini menciptakan gambaran ketidakmenghitung waktu, menggambarkan alam yang berjalan tanpa pembatasan waktu yang ketat.

Rahasia Alam dan Kehidupan: Puisi menyoroti rahasia alam yang tidak akan pernah diketahui oleh manusia. Meskipun begitu, manusia diundang untuk merasakan dan menjalani kehidupan di tengah keindahan dan keberagaman yang diberikan alam.

Simbolisme Matahari dan Bulan: Simbolisme matahari dan bulan dalam puisi menciptakan kontras antara siang dan malam, kehangatan dan kelembutan. Pilihan ini bisa mencerminkan dualitas kehidupan manusia yang penuh dengan perbedaan dan kontradiksi.

Ketidakpedulian terhadap Masa Depan: Penutup puisi mengekspresikan sikap tidak peduli terhadap masa depan dengan tidak menanyakan tentang hari-hari berikutnya. Hal ini menciptakan gambaran kehidupan yang lepas dari beban waktu dan tetap hidup dalam ketenangan dan keindahan.

Puisi "Sindoro Sumbing" adalah puisi yang memukau dengan citra kebesaran alam, keharmonisan dengan lingkungan, dan ketidakpedulian terhadap waktu. Melalui penggambaran gunung, sungai, laut, dan elemen alam lainnya, penyair mengajak pembaca merenung tentang keajaiban kehidupan dan alam yang begitu beragam. Puisi ini mengandung pesan puitis yang mendalam tentang keindahan yang ada di sekitar kita dan pentingnya hidup dalam keselarasan dengan alam.

Puisi
Puisi: Sindoro Sumbing
Karya: Kirdjomuljo

Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.