Analisis Puisi:
Puisi "Sindoro Sumbing" karya Kirdjomuljo menghadirkan gambaran kebesaran alam dan keharmonisan manusia dengan alam. Puisi ini penuh dengan elemen-elemen puitis yang menggambarkan keindahan alam, keberagaman, dan ketentraman.
Kebesaran Alam: Puisi ini menggambarkan kebesaran alam, terutama melalui gambaran dua gunung, Sindoro dan Sumbing. Dua gunung ini dijadikan simbol keagungan dan kebesaran alam yang melibatkan pembaca dalam memahami harmoni antara manusia dan lingkungan alaminya.
Keharmonisan dengan Alam: Puisi ini merayakan keharmonisan manusia dengan alam. Dengan menggambarkan orang-orang yang meletakkan kedua tangan dan hati di hadapan keindahan alam, penyair menciptakan citra kebersamaan dan kesatuan dengan lingkungan sekitar.
Penggambaran Alam Sebagai Penerima: Alam dalam puisi ini digambarkan sebagai penerima segala kejadian. Penerimaan ini tidak hanya terbatas pada keindahan fisik, melainkan juga melibatkan aspek-aspek kehidupan manusia seperti lahir, mati, dera, dan segala macam peristiwa yang terjadi.
Penciptaan Citra Keindahan: Penyair menggunakan bahasa puitis yang indah untuk menciptakan citra keindahan di antara gunung, sungai, dan laut. Pilihan kata-kata seperti "nyanyian alam," "kelepasan," dan "kecintaan alam hari" memberikan nuansa positif yang membangkitkan rasa kagum terhadap keajaiban alam.
Kaitan dengan Keberagaman Alam: Puisi ini merangkum keberagaman alam, termasuk bulan, matahari, angin, musim, kabut, malam, dan halilintar. Keberagaman ini tidak hanya mencakup unsur alam fisik, tetapi juga menggambarkan keberagaman dalam kehidupan manusia yang tersusun dan dijalin oleh angin dan musim.
Kelenturan Waktu: Penyair menyampaikan konsep kelenturan waktu melalui penggambaran hari-hari yang melewatkan segala sesuatu di tengah-tengah hati manusia. Konsep ini menciptakan gambaran ketidakmenghitung waktu, menggambarkan alam yang berjalan tanpa pembatasan waktu yang ketat.
Rahasia Alam dan Kehidupan: Puisi menyoroti rahasia alam yang tidak akan pernah diketahui oleh manusia. Meskipun begitu, manusia diundang untuk merasakan dan menjalani kehidupan di tengah keindahan dan keberagaman yang diberikan alam.
Simbolisme Matahari dan Bulan: Simbolisme matahari dan bulan dalam puisi menciptakan kontras antara siang dan malam, kehangatan dan kelembutan. Pilihan ini bisa mencerminkan dualitas kehidupan manusia yang penuh dengan perbedaan dan kontradiksi.
Ketidakpedulian terhadap Masa Depan: Penutup puisi mengekspresikan sikap tidak peduli terhadap masa depan dengan tidak menanyakan tentang hari-hari berikutnya. Hal ini menciptakan gambaran kehidupan yang lepas dari beban waktu dan tetap hidup dalam ketenangan dan keindahan.
Puisi "Sindoro Sumbing" adalah puisi yang memukau dengan citra kebesaran alam, keharmonisan dengan lingkungan, dan ketidakpedulian terhadap waktu. Melalui penggambaran gunung, sungai, laut, dan elemen alam lainnya, penyair mengajak pembaca merenung tentang keajaiban kehidupan dan alam yang begitu beragam. Puisi ini mengandung pesan puitis yang mendalam tentang keindahan yang ada di sekitar kita dan pentingnya hidup dalam keselarasan dengan alam.