Puisi: Anak Angin (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Anak Angin" menggambarkan angin sebagai makhluk yang memiliki kelembutan, kekuatan, dan hubungan yang mendalam dengan alam dan manusia.
Anak Angin


Lihat
Ia anak angin yang mengembara di gigir bukit
Anak tunggal yang lahir di kepak langit.
- Langit itu garuda yang duduk di sarangnya
Dan angin dengan tentram diam di kepaknya

Dengar
Betapa merdu langkahnya kalau sedang turun
ke lembah gurun. Ia anak bapanya. Anak kandung
Maafkan dia kalau gemuruh ia gemulung dari
gunung paling sunyi. Ia angin. Mahluk sepi.

Bunda
Sambut ia sebagai anak sulung yang telah
lama tak kembali. Ia baik. Hatinya suci.

Gadis
Sambut ia sebagai penganten yang tak sia
bakal kaunanti. Ia setia. Cintanya abadi.

Anak
Sambut ia sebagai kakak yang mengajak kau
bermain di malam hari. Ia ramah. Hiburnya mimpi.

Lihat
Ia anak angin yang turun dari gunung sunyi.
Kekasihnya bulan yang redup di pinggir bumi.



Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Anak Angin" karya Subagio Sastrowardoyo merupakan sebuah karya yang melibatkan imaji alam, simbolisme, dan citra yang kaya untuk menyampaikan pesan dan makna.

Simbolisme Anak Angin: Judul puisi, "Anak Angin," menggunakan simbol anak angin untuk menggambarkan kehadiran dan karakteristik angin. Angin digambarkan sebagai entitas yang bebas dan mengembara di sepanjang bukit dan lembah. Sebagai anak bapanya, angin ini memiliki kekuatan dan keberanian untuk bergerak dan merajai lingkungannya.

Metafora Langit dan Garuda: Langit dalam puisi ini digambarkan sebagai sarang garuda yang kokoh. Garuda, sebagai sosok mitologis dalam kebudayaan Indonesia, dapat diartikan sebagai kekuatan yang luhur dan penuh kebesaran. Metafora ini menyiratkan bahwa angin, sebagai anak langit, memiliki ketinggian dan kemuliaan.

Personifikasi Angin: Angin diberikan karakteristik manusia melalui penggunaan kata "anak bapanya" dan "anak kandung." Ini menciptakan citra angin sebagai makhluk hidup yang memiliki kehormatan dan keluarga. Penggunaan "anak" dan "bapanya" menunjukkan keterkaitan yang mendalam antara angin, langit, dan alam semesta.

Dialog dengan Berbagai Entitas: Puisi ini mengekspresikan dialog atau sambutan dari berbagai entitas terhadap anak angin, termasuk langit, bunda, gadis, dan anak. Masing-masing sambutan menyiratkan relasi yang unik dengan angin, mulai dari kehangatan keluarga hingga keintiman dengan alam dan manusia.

Kelembutan dan Kekuatan Angin: Angin tidak hanya digambarkan sebagai kekuatan alam yang gemuruh dan memulung dari gunung sunyi, tetapi juga sebagai makhluk yang baik, suci, dan ramah. Deskripsi ini memberikan dimensi kelembutan pada karakter angin, menunjukkan bahwa kekuatan tidak selalu bersifat kasar atau destruktif.

Citra Romantis Angin dan Bulan: Pada bagian terakhir, terdapat citra romantis antara angin dan bulan yang redup di pinggir bumi. Hubungan ini menciptakan suasana cinta dan kesetiaan yang abadi. Bulan yang redup menjadi saksi dari perjalanan anak angin yang mengembara di sepanjang bumi.

Puisi "Anak Angin" menggambarkan angin sebagai makhluk yang memiliki kelembutan, kekuatan, dan hubungan yang mendalam dengan alam dan manusia. Melalui imaji alam dan simbolisme, Subagio Sastrowardoyo menciptakan puisi yang menggugah imajinasi pembaca, serta mengajak mereka untuk merenung tentang koneksi yang ada di antara semua elemen alam. Puisi ini menjadi sebuah penghormatan terhadap keindahan dan keagungan alam semesta.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Anak Angin
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.