Puisi: Fragmen (Karya Leon Agusta)

Puisi "Fragmen" karya Leon Agusta memperlihatkan kompleksitas kehidupan manusia dan alam, sambil menyampaikan pesan kritis tentang keadilan sosial ...
Fragmen

Di bawah bulan atau mentari, buat apa peduli?
Sorga pun tak dimimpikan lagi. Sudah dilampaui
Hanya tinggal mengusapkan minyak wangi di pipi
Angin menari riang menebarkan aroma dan tanda-tanda

Para fakir dan gelandangan mengeja tanda itu, di sini
Di balik kaca gelap mobil angkuhnya bayangan

Hak untuk mati suci dan indah
Tak siapa pun dapat merampas

Anak jalanan menyanyi sambil memukul botol kosong
Hatinya sekelam aspal mendidih

Dari kejauhan sana terdengar tanda, - tanpa bahasa
Warga dan satwa berhamburan, anjing hutan melolong
Gagak-gagak mencium wangi bau bangkai. Huklaaa
Jerit dan kepak sayapnya badai hasrat haus mangsa

Bulan dan bintang pagi tampak suram
Tenggelam dalam gelombang kabut hitam

Perawan hutan digunduli, perutnya terbusai
Ditebas dan dikuras. Kebakaran bikin langit melolong
Kuda-kuda menyeret punggungnya dalam lautan api
Si dungu dan si rakus berjingkrak dengan dengkul di kepala

Diiringi jazz dan musik rock mereka tulis undang-undang
Di atas lembaran mata uang asing
Demi mimpi-mimpi mereka di seberang sana, sayangku

Pabrik-pabrik kita didorong ke dalam jurang
Tinju para pekerja mengepal kaku dalam rantai

Bagaimana kita harus bersaksi
Tentang sebuah masa dengan beribu tanda seru
Tanpa bahasa kecuali perkilahan semata?

Dangdut dan keroncong melantun kian sayup
Menghibur pencinta malam di pinggiran kota

10 Februari 2010

Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Fragmen" karya Leon Agusta adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran-gambaran yang kuat dan menantang.

Pemandangan Kontras: Puisi ini memperlihatkan kontras yang tajam antara keindahan alam dan kengerian kehidupan urban. Meskipun terdapat gambaran bulan dan mentari yang indah, namun kehidupan gelandangan, kemiskinan, dan kekerasan masih hadir di bawahnya. Hal ini menggambarkan dualitas kehidupan manusia, yang sering kali bersinggungan dengan keindahan alam dan ketidakadilan sosial.

Simbolisme: Leon Agusta menggunakan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang kesengsaraan manusia dan kekerasan terhadap alam. Gambaran tentang perawan hutan yang digunduli dan pabrik-pabrik yang didorong ke dalam jurang mencerminkan eksploitasi lingkungan dan ekonomi yang tidak manusiawi.

Suara dan Suasana: Puisi ini menciptakan suasana yang gelap dan penuh keputusasaan. Suara anak jalanan yang menyanyi sambil memukul botol kosong, hingar bingar kota, dan aroma bangkai diiringi dengan gambaran malam yang suram menciptakan kesan yang mendalam tentang kehidupan di pinggiran kota.

Kritik Sosial: Melalui puisi ini, Leon Agusta secara tajam mengkritik ketidakadilan sosial, eksploitasi manusia dan alam, serta kebencian terhadap lingkungan. Dia menyoroti ketidaksetaraan ekonomi, kekerasan terhadap lingkungan, dan penderitaan manusia yang seringkali terabaikan di tengah kemegahan modernitas.

Ritme dan Bahasa: Ritme puisi ini tercermin dalam bahasa yang kuat dan gambaran yang intens. Kata-kata yang dipilih dengan cermat menciptakan ritme yang mengalir, sementara penggunaan bahasa yang kaya dengan imajinasi dan metafora menambah kedalaman puisi.

Dengan demikian, puisi "Fragmen" karya Leon Agusta adalah sebuah karya yang memperlihatkan kompleksitas kehidupan manusia dan alam, sambil menyampaikan pesan kritis tentang keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan. Puisi ini memaksa pembaca untuk merenungkan realitas yang keras namun penting untuk disadari.

Leon Agusta
Puisi: Fragmen
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.