Puisi: Hari Berkabung (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Hari Berkabung" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan peristiwa tragis yang terjadi pada 12 Mei 1998 di Indonesia, yang melibatkan ....
Hari Berkabung


Mari merenung sejenak
Musibah dan bencana
Yang tidak kita inginkan ini
Selasa, 12 Mei 1998
Menjelang senja hari!

Sekuntum bunga
Pita hitam di lengan kiri
Sang Saka Merah Putih
Setengah tiang kita kibarkan
Di langit Jakarta yang kelam
Tanda duka yang dalam

Tundukkan kepala
Tangan dua menadah ke angkasa
Memanjatkan doa kepada Illahi
Bagi para syuhada
Empat mahasiswa
Pejuang reformasi
Universitas Trisakti
Yang rebah dan gugur
Ditembak semena-mena
Mereka yang seharusnya
Mengayomi bangsa

Ditembus pelor dan peluru
Konon dibeli
Rakyatnya sendiri
Sungguh tak mengerti
Di zaman edan sekarang ini
Pejuang mahasiswa
Menggunakan mimbar dan kata-kata
Dilawan dengan senjata
Menyuarakan kebenaran
Dihadang tameng bedil
Panser dan tank baja!

Oh, dunia
Ternyata
Suara mahasiswa
Ampuh, menakjubkan
Suara anak-anak muda
Dahsyat
Dan telak kena sasaran
Oh, mahasiswa
Putra-putra bangsa
Suaramu - juga dentang hati nurani
Lebih menakutkan
Hari ini

Oh, mahasiswa
Kini. Apakah engkau
Terus terhenyak sendu
Atau melanjutkan perjuangan suci
Dengan caramu sendiri

Dengan mimbar dan kata-kata
Berikan senyummu dan sekuntum bunga
Kalau senjata tetap ditodongkan ke dada
Hari depan milikmu!
Hari depan di tanganmu!


Jakarta, 16 Mei 1998

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Hari Berkabung" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang menggambarkan peristiwa tragis yang terjadi pada 12 Mei 1998 di Indonesia, yang melibatkan pembunuhan empat mahasiswa Universitas Trisakti selama protes mahasiswa yang berujung pada reformasi politik di negara tersebut.

Latar Belakang Sejarah: Puisi ini mencatat peristiwa bersejarah di Indonesia, di mana empat mahasiswa tewas tertembak saat berunjuk rasa menuntut reformasi politik. Pada saat itu, Indonesia tengah menghadapi krisis ekonomi yang serius, dan protes mahasiswa menjadi salah satu dorongan awal menuju reformasi politik.

Ekspresi Kesedihan dan Duka: Puisi ini dimulai dengan undangan untuk merenung sejenak tentang musibah dan bencana yang tidak diinginkan. Kata-kata ini menciptakan nuansa kesedihan dan duka atas peristiwa tragis tersebut.

Simbolisme Bendera dan Pita Hitam: Penggunaan pita hitam di lengan kiri dan menurunkan bendera setengah tiang adalah tanda duka yang umum dalam budaya Indonesia dan banyak negara lainnya. Ini menunjukkan penghormatan kepada para korban yang gugur.

Perbandingan antara Mahasiswa dan Pemerintah: Puisi ini menggambarkan perbandingan yang tajam antara mahasiswa yang menjadi pejuang reformasi dengan pemerintah yang menggunakan senjata untuk menekan protes. Perjuangan mahasiswa digambarkan sebagai "menggunakan mimbar dan kata-kata," sedangkan pemerintah "dihadang tameng bedil, panser, dan tank baja."

Kekuatan Suara Mahasiswa: Puisi ini menyoroti kekuatan suara mahasiswa dalam perjuangan untuk keadilan dan reformasi. Suara mereka dianggap "ampuh" dan "menakjubkan" dalam memperjuangkan perubahan.

Tantangan Masa Depan: Penyair mengajak mahasiswa untuk terus mempertahankan perjuangan mereka di masa depan. Pesan tersebut disampaikan dengan harapan bahwa "hari depan milikmu" dan "hari depan di tanganmu," mengingatkan para mahasiswa akan peran penting mereka dalam membentuk masa depan Indonesia.

Puisi "Hari Berkabung" adalah ungkapan emosi yang kuat tentang peristiwa tragis yang terjadi selama protes mahasiswa pada tahun 1998 di Indonesia. Ini adalah sebuah penghargaan bagi para korban dan menggambarkan semangat perjuangan mahasiswa dalam mengejar reformasi dan perubahan di negara mereka.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Hari Berkabung
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.