Puisi: Hari demi Hari (Karya Sugiarta Sriwibawa)

Puisi "Hari demi Hari" karya Sugiarta Sriwibawa menggambarkan perasaan kesepian, kehausan, dan keletihan yang dirasakan oleh penyair. Puisi ini .....
Hari demi Hari
Sanatorium Solsana

Terasa hari-hari yang kering
mengelepas bayang-bayang
Mengisap mataku

Muntah segala bunyi terpendam
Suara-suara pembalasan
mengancam umurku

Lumpur peluh di awan langit
Manahan kata terakhir
Menggamang bisu

Ah, terasa tua hari-hari yang kering


Analisis Puisi:
Puisi "Hari demi Hari" karya Sugiarta Sriwibawa menggambarkan perasaan kesepian, kehausan, dan keletihan yang dirasakan oleh penyair. Puisi ini menciptakan suasana yang suram dan memprovokasi refleksi mengenai keterbatasan manusia dalam menghadapi berbagai tekanan dan perjalanan hidup.

Puisi ini dimulai dengan penggambaran hari-hari yang kering, yang menggambarkan kekosongan dan kehilangan. Bayang-bayang yang dihapus dan mata yang terkering mencerminkan perasaan terasing dan kehilangan identitas. Penyair merasakan kesunyian dan kehampaan yang dalam.

Selanjutnya, puisi ini mengekspresikan perasaan penyair yang terbebani oleh beban yang tidak dapat diucapkan. Suara-suara pembalasan yang terpendam dan mengancam umur mencerminkan tekanan emosional yang menghantui penyair. Puisi ini menunjukkan ketegangan dan kecemasan yang melanda penyair.

Lumpur peluh di awan langit menggambarkan kondisi yang sulit dan membebani. Kata-kata terakhir yang terhenti dalam kegamangan menyiratkan kebingungan dan keputusasaan. Penyair merasa tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan jelas dan merasa terjebak dalam keheningan yang penuh tekanan.

Terakhir, penyair mengungkapkan perasaan keletihan dan kehausan. Hari-hari yang kering terasa tua, menggambarkan perasaan kehilangan semangat dan energi dalam menghadapi tantangan hidup. Puisi ini menggambarkan rasa kejenuhan dan kelelahan yang mendalam dalam kehidupan penyair.

Secara keseluruhan, puisi "Hari demi Hari" menggambarkan perasaan kesepian, kehausan, dan keletihan yang dirasakan oleh penyair. Puisi ini mengekspresikan perasaan terasing, tekanan emosional, dan kebingungan yang menghantui penyair. Sugiarta Sriwibawa berhasil menciptakan suasana yang suram dan memprovokasi refleksi mengenai keterbatasan manusia dalam menghadapi tekanan hidup dan perasaan kekosongan.

Puisi: Hari demi Hari
Puisi: Hari demi Hari
Karya: Sugiarta Sriwibawa

Biodata Sugiarta Sriwibawa:
  • Sugiarta Sriwibawa lahir di Surakarta, pada tanggal 31 Maret 1932.
© Sepenuhnya. All rights reserved.