Puisi: Hujan Tidak Benar-Benar Berhenti (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Hujan Tidak Benar-Benar Berhenti" menghadirkan pengalaman manusia yang diibaratkan sebagai hujan yang tidak pernah benar-benar berhenti.
Hujan Tidak Benar-Benar Berhenti


hujan tidak benar-benar berhenti. setiap langkah dan kuyup tubuh yang menusuk tulang. jalanan adalah semak beternak, di mana rayap kenangan selalu beternak. dalam deru macet yang dipenuhi kelakar.

hanya jalanan mengapung. basah dengan kenangan yang tak rampung.


2017

Analisis Puisi:
Puisi "Hujan Tidak Benar-Benar Berhenti" karya Alex R. Nainggolan menghadirkan gambaran hujan sebagai simbol pengalaman manusia yang tidak pernah sepenuhnya berhenti atau hilang. Puisi ini menggambarkan hujan secara fisik dan metaforis sebagai perwujudan kenangan dan pengalaman yang tetap mengendap di dalam pikiran dan hati manusia.

Metafora Hujan sebagai Kenangan: Penyair menggunakan hujan sebagai metafora untuk kenangan yang tak pernah benar-benar hilang dari ingatan manusia. Hujan yang "tidak benar-benar berhenti" menggambarkan bagaimana kenangan-kenangan yang pernah dialami selalu ada dalam pikiran dan emosi kita, walaupun waktu terus berjalan.

Kekontrasan Fisik dan Batin: Puisi ini menggambarkan kekontrasan antara hujan fisik yang turun dan mengenai tubuh serta jalanan, dengan hujan kenangan yang tak tampak namun menyatu dalam hati. Hujan yang menusuk tulang menggambarkan intensitas kenangan yang dalam dan tak terlupakan, seolah-olah merasuki diri dengan kuasa yang sama seperti hujan yang nyata.

Jalanan dan Rayap Kenangan: Penyair merujuk pada jalanan sebagai "semak beternak" di mana "rayap kenangan selalu beternak." Ini menggambarkan bahwa jalanan yang kita lalui adalah tempat di mana kenangan-kenangan terus hidup dan berkembang, tak peduli seberapa lama waktu telah berlalu.

Deru Macet dan Kelakar: Ada rasa ironi dalam deru macet yang dipenuhi dengan kelakar. Ini mencerminkan bagaimana dalam situasi kesibukan dan kebisingan, kenangan-kenangan tetap ada dan hidup dalam batin, seolah-olah terdengar dalam latar belakang hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Jalanan yang Mengapung: Penyair menggambarkan bahwa "hanya jalanan yang mengapung," menyoroti keadaan yang melambangkan kerapuhan dan perubahan dalam hidup. Meskipun jalanan adalah landasan yang teguh, tetapi hujan dan kenangan menggambarkannya sebagai sesuatu yang juga dapat terapung dan terbawa oleh arus waktu.

Puisi "Hujan Tidak Benar-Benar Berhenti" menghadirkan pengalaman manusia yang diibaratkan sebagai hujan yang tidak pernah benar-benar berhenti. Kenangan dan pengalaman yang mengendap dalam hati dan pikiran manusia seperti hujan yang terus turun, tak peduli seberapa lama waktu berlalu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kenangan dan pengalaman membentuk identitas dan persepsi kita terhadap dunia.

Puisi Hujan Tidak Benar-benar Berhenti
Puisi: Hujan Tidak Benar-Benar Berhenti
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.