Puisi: Jalan Setapak (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Jalan Setapak" karya Hartojo Andangdjaja menggambarkan perjalanan melalui sebuah jalan kecil yang mengarah pada pengalaman dan kesatuan ...
Jalan Setapak

Matahari menyanyi di ladang-ladang sepi
kalau musim menugal datang lagi
dan kita pergi
lewat jalan setapak ini

Ah, seperti hanya setumpuk mungil dusun ini
dan tak ada lagi tempat lain
dalam saat bersemarak ini
ketika dalam kemesraan begini kita terjalin

Seperti kau tak pernah lihat Paramaribo
dan berkarib di sana dengan Negro
mendengar mereka menyanyi:
Mie granma bien verjarie

Seperti akupun tak pernah tinggal di Solo
menyusuri jalan-jalannya, tak kenal ngaso
dan seperti kita sama sekali tak punya masa lampau
dan berada kini di sini, di sudut tanah Minangkabau

melihat langit yang sayup sunyi
mendengar matahari menyanyi
ketika kita pergi
lewat jalan setapak ini

Sumber: Buku Puisi (1973)

Catatan:
Nenekku berulang tahun (baris pertama dari sebuah nyanyian Negro-Suriname).

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan Setapak" karya Hartojo Andangdjaja menggambarkan perjalanan melalui sebuah jalan kecil yang mengarah pada pengalaman dan kesatuan manusia dengan alam serta kenangan masa lalu.

Penggunaan Gambaran Alam: Puisi ini dimulai dengan gambaran alam yang indah, di mana matahari bersinar di ladang-ladang sepi. Ini menciptakan suasana yang damai dan tenang, memperkuat tema perjalanan dan eksplorasi.

Jalan Setapak sebagai Metafora Perjalanan Hidup: Jalan setapak dalam puisi ini melambangkan perjalanan hidup, dengan segala kemungkinan dan keindahannya. Melalui jalan setapak ini, pembaca dibawa pada perjalanan emosional dan spiritual yang menggambarkan kehidupan yang penuh warna.

Pengalaman dan Kenangan: Penyair merangkai pengalaman-pengalaman yang berbeda dari tempat-tempat yang beragam, seperti Paramaribo dan Solo, serta suasana Minangkabau. Ini menunjukkan kekayaan pengalaman hidup dan keberagaman budaya yang ditemui dalam perjalanan.

Kesatuan Manusia dengan Alam: Puisi ini menyoroti hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Matahari yang menyanyi dan langit yang sunyi menciptakan gambaran alam yang hidup dan bergerak bersama dengan manusia dalam perjalanan mereka.

Kesatuan Manusia dalam Kebersamaan: Penyair mengekspresikan momen kebersamaan dan keintiman antara manusia melalui pengalaman perjalanan ini. Meskipun datang dari latar belakang yang berbeda, mereka menyatu dalam momen kebersamaan, mengingatkan pembaca akan pentingnya solidaritas dan persahabatan dalam kehidupan.

Kehadiran Kenangan dan Kemesraan: Puisi ini juga mencerminkan nostalgia dan kemesraan dalam mengingat kenangan masa lalu. Pengalaman di berbagai tempat menjadi fondasi untuk merasakan kehangatan hubungan manusiawi di masa sekarang.

Puisi "Jalan Setapak" mengajak pembaca pada perjalanan emosional dan spiritual yang menghubungkan pengalaman manusia dengan keindahan alam dan kenangan masa lalu. Dengan bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini menyoroti tema kesatuan, kebersamaan, dan kekayaan hidup yang tersembunyi di balik perjalanan setiap individu.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Jalan Setapak
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.