Puisi: Jangan Tanyakan Bagaimana (Karya Upita Agustine)

Puisi "Jangan Tanyakan Bagaimana" menyoroti kondisi lingkungan dan realitas sosial yang sulit. Upita Agustine mengajak pembaca untuk tidak hanya ...
Jangan Tanyakan Bagaimana


Jangan tanyakan
Bagaimana angin bertiup
Jangan tanyakan
Bagaimana laut beriak
Jangan tanyakan
Bagaimana langit biru

Hutan-hutan gundul
Sungai kuning
Hujan tak turun
Tanah tak subur

Orang-orang kelaparan
Bergerombolan di kolong-kolong jembatan
Di lorong-lorong sempit
Burung-burung terusir dari pepohonan

Jangan tanyakan
Semua itu

Tanyakan
Bagaimana menegakkan hidup

1978

Sumber: Sunting (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Jangan Tanyakan Bagaimana" karya Upita Agustine adalah suatu karya yang sederhana namun mendalam, mengajak pembaca untuk merenung tentang realitas hidup yang keras. Melalui gambaran alam dan lingkungan sekitar, puisi ini menyiratkan pesan-pesan yang menggugah kesadaran akan tantangan hidup dan kebutuhan untuk mencari cara menjalani hidup dengan tegar dan penuh tekad.

Penolakan Pertanyaan Tertentu: Judul puisi sendiri, "Jangan Tanyakan Bagaimana," menciptakan atmosfer penolakan terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Ini memberikan kesan bahwa ada hal-hal yang sulit dijelaskan atau dimengerti dengan kata-kata.

Gambaran Alam dan Lingkungan: Penyair menggunakan gambaran alam seperti angin, laut, dan langit biru sebagai metafora dari keindahan dan keaslian dunia. Namun, kontrasnya adalah deskripsi tentang hutan-hutan yang gundul, sungai yang kuning, hujan yang tidak turun, dan tanah yang tidak subur, menciptakan kontras dramatis yang menggambarkan kerusakan alam dan ketidakseimbangan ekologi.

Realitas Sosial yang Pahit: Puisi ini merentangkan pandangan ke realitas sosial yang pahit. Menggambarkan orang-orang kelaparan yang bergerombolan di tempat-tempat terpinggirkan seperti kolong jembatan dan lorong-lorong sempit, serta burung-burung yang terusir dari pepohonan, menyiratkan dampak destruktif dari kehidupan modern terhadap masyarakat dan lingkungan.

Penekanan pada Tindakan dan Kebijakan: Dengan perintah "Jangan tanyakan semua itu," penyair mengarahkan perhatian pembaca untuk tidak hanya berkutat pada pertanyaan-pertanyaan atau kebingungan, tetapi lebih kepada tindakan dan upaya dalam menghadapi kondisi sulit tersebut.

Pertanyaan Kritis "Bagaimana Menegakkan Hidup": Pada akhir puisi, terdapat pertanyaan kritis yang menjadi fokus utama, yaitu "Bagaimana menegakkan hidup." Pertanyaan ini menonjolkan urgensi untuk mencari cara atau tindakan konkret dalam menghadapi kesulitan hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak hanya mengamati atau bertanya, tetapi juga untuk bertindak dan mencari solusi.

Tegar dan Berani dalam Kondisi Sulit: Meskipun gambaran tentang lingkungan dan realitas sosial sangat menekan, pesan yang terkandung dalam puisi ini adalah tentang ketegaran dan keberanian dalam menghadapi tantangan. "Bagaimana menegakkan hidup" menciptakan gagasan bahwa meskipun segalanya sulit, kita harus tetap berdiri dan mencari jalan untuk menjalani hidup dengan penuh semangat.

Puisi "Jangan Tanyakan Bagaimana" merupakan puisi yang menyoroti kondisi lingkungan dan realitas sosial yang sulit. Upita Agustine mengajak pembaca untuk tidak hanya pasif dalam menghadapi kesulitan, tetapi untuk aktif mencari cara untuk menjalani hidup dengan tegar dan penuh semangat, memberikan pesan inspiratif untuk terus berjuang meskipun di tengah kondisi sulit.

Upita Agustine
Puisi: Jangan Tanyakan Bagaimana
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.