Puisi: Kaki (Karya Abdul Wahid Situmeang)

Puisi "Kaki" karya Abdul Wahid Situmeang menggambarkan berbagai profesi dan kondisi sosial, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang ...
Kaki


Langkah kaki berderap teratur
diiringi irama musik dan tambur
adalah suara parade kebangsaan
pada ulang tahun hari kemerdekaan

Langkah kaki serempak maju
diantar dentuman dan komando
suara pasukan maju menyerang
dalam sebuah pertempuran

Kaki hitam yang daunnya lebar
jari-jarinya megar berjerongkangan
itulah kaki seorang petani
mandi keringat di atas lumpur

Kaki hitam yang tegap betis
mengeras batu
kaki seorang buruh
mampat ditekan penat

kaki yang menggembung
bengkak menjijikkan kaki
orang kelaparan
diserang busung

Langkah kaki berderap teratur
Langkah kaki serempak maju
Pancaran semangat tak kenal mundur

Kaki yang daunnya lebar
Kaki yang keras dan tegap
Tanda dari tugas yang berat

Kaki yang menggembung karena busung
Lambang derita yang harus rampung
Dalam ini perjuangan


Sumber: Angkatan 66 (1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Kaki" karya Abdul Wahid Situmeang menggambarkan keberagaman dan perjuangan melalui metafora kaki yang merepresentasikan berbagai segmen masyarakat. Puisi ini mengeksplorasi berbagai peran dan tugas yang diemban oleh kaki, menciptakan gambaran visual tentang kehidupan sehari-hari dan kompleksitas perjuangan.

Langkah Kaki Berderap Teratur: Puisi dibuka dengan gambaran langkah kaki yang berderap teratur, diiringi oleh irama musik dan tambur. Gambaran ini menciptakan atmosfer suatu parade kebangsaan pada hari kemerdekaan, menekankan kebersamaan dan keharmonisan dalam sebuah perayaan nasional.

Langkah Kaki Serempak Maju dalam Pertempuran: Puisi beralih ke gambaran langkah kaki yang serempak maju, diantar dentuman dan komando, menciptakan citra suara pasukan yang menyerang dalam pertempuran. Hal ini menyoroti aspek ketegasan dan disiplin dalam kehidupan militer, serta semangat perjuangan untuk melindungi tanah air.

Kaki Hitam Petani di Atas Lumpur: Kemudian, puisi menggambarkan kaki hitam dengan daun lebar, yang merepresentasikan petani yang bekerja di atas lumpur. Deskripsi ini membangkitkan gambaran tentang kerja keras petani yang bekerja dalam kondisi yang sulit, mandi keringat untuk menghasilkan tanaman yang subur.

Kaki Hitam Buruh yang Tegap Betis: Puisi dilanjutkan dengan gambaran kaki hitam yang tegap betis, yang mewakili seorang buruh. Kemegahan betis yang keras dan tegap mencerminkan kekuatan dan daya tahan buruh yang bekerja keras dalam pekerjaan yang mampat dan melelahkan.

Kaki yang Menggembung karena Busung: Puisi menyajikan gambaran kaki yang menggembung karena busung, lambang derita dan kelaparan yang melanda seseorang. Ini menciptakan kontras yang tajam dengan gambaran sebelumnya, menyoroti ketidaksetaraan dan kesulitan hidup yang dihadapi oleh sebagian masyarakat.

Pancaran Semangat tak Kenal Mundur: Penyair menyimpulkan puisi dengan menyebutkan langkah kaki yang berderap teratur dan serempak maju sebagai pancaran semangat yang tak kenal mundur. Ini menciptakan kesan bahwa, meskipun melibatkan berbagai peran dan tugas, semua kaki ini tetap bersatu dalam semangat perjuangan dan keberagaman.

Puisi "Kaki" karya Abdul Wahid Situmeang menyajikan gambaran kehidupan sehari-hari dan perjuangan melalui metafora kaki. Dengan menggambarkan berbagai profesi dan kondisi sosial, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keberagaman masyarakat dan kompleksitas perjuangan yang dihadapi oleh setiap individu. Puisi ini memperingatkan akan pentingnya menghargai dan memahami peran serta kontribusi masing-masing bagian dalam masyarakat.

Puisi Abdul Wahid Situmeang
Puisi: Kaki
Karya: Abdul Wahid Situmeang

Biodata Abdul Wahid Situmeang:
  • Abdul Wahid Situmeang lahir pada tanggal 22 Juni 1936 di Sibolga, Tapanuli Selatan.
  • Abdul Wahid Situmeang adalah salah satu sastrawan angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.