Puisi: Lawee Bulan (Karya L.K. Ara)

Puisi "Lawee Bulan" karya L.K. Ara membawa pembaca ke dalam dunia pemandangan alam yang indah dan meresapi makna kehidupan dari sudut pandang yang ...
Lawee Bulan

hati gelisah reda oleh kecipakmu
airmu jernih rela menerima
tubuh berlumpur hitam keringatan

dada sepi hangat oleh nyanyianmu
lenggangmu lapang
tubuhmu putih ramping
melenggokkan angan ke labuhan mimpi

pagi sebelum fajar
mencium wajahmu sejuk
gadis-gadis merebahkan pipi
menyentuhkan tubuhnya di arusmu
bertanya
berapa banyak pemuda di muara
yang rubuh mempertahankan negeri

sungai bulan kala senja
sebelum tudung malam terkembang
menampung keringat dan daki
menyambut jari-jari dan dada terbuka
menyirami kaki kanak-kanak
dan membasuh mata para janda

sepanjang malam sungai bulan
memerciki batang padi
mengedipi bintang-bintang
angin bersiul
lawee bulan lawee bulan

Sumber: Angin Laut Tawar (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Lawee Bulan" karya L.K. Ara membawa pembaca ke dalam dunia pemandangan alam yang indah dan meresapi makna kehidupan dari sudut pandang yang puitis. Dengan sentuhan romantis dan alamiah, puisi ini mempersembahkan gambaran tentang sungai bulan, kecantikan alam, dan interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Penggambaran Alam dan Kecantikan Sungai Bulan: Puisi ini secara puitis menggambarkan keindahan sungai bulan. Deskripsi tentang "hati gelisah reda oleh kecipakmu" membawa pembaca langsung ke tepian sungai yang gemericik. Puisi membawa kita merenung tentang kejernihan air sungai dan rela menerima keberagaman, seperti "tubuh berlumpur hitam keringatan."

Interaksi Manusia dengan Alam: Penyair membawa pembaca ke dalam kehidupan sehari-hari di sekitar sungai bulan. Penggambaran "dada sepi hangat oleh nyanyianmu" dan "lenggangmu lapang" menunjukkan hubungan akrab antara manusia dan alam. Nyanyian sungai dan lenggangan alam memberikan rasa kedamaian dan kebahagiaan.

Simbolisme Pagi Sebelum Fajar: "Pagi sebelum fajar" di dalam puisi membawa nuansa ketenangan dan keheningan. Penciuman wajah yang sejuk dan gadis-gadis yang merebahkan pipi menciptakan gambaran kelembutan dan keindahan momen-momen awal hari yang seringkali dianggap sebagai waktu yang suci dan penuh harapan.

Keberanian Pemuda di Muara: Penyair mengajukan pertanyaan yang dalam tentang berapa banyak pemuda di muara yang "rubuh mempertahankan negeri." Ini menciptakan gambaran kepahlawanan dan keberanian pemuda yang rela berkorban demi keamanan dan keutuhan tanah air.

Senja dan Keringat: Gambaran senja yang mendahului malam dan keringat yang ditampung oleh sungai bulan menciptakan kontras indah antara akhir siang dan awal malam. Puisi ini menghadirkan pemandangan senja yang mempesona dan menghadirkan nuansa romantis dengan menyirami kaki kanak-kanak dan membasuh mata para janda.

Lawee Bulan: Pengulangan kata "Lawee bulan lawee bulan" di akhir puisi memberikan kesan ritmis dan membangkitkan gambaran bulan yang cemerlang. Kata-kata ini dapat diartikan sebagai suatu bentuk pujaan terhadap bulan atau mungkin juga sebagai penggambaran keindahan dan keabadian.

Gaya Bahasa dan Diksi: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini menggabungkan elemen realisme dengan puitis. Penggunaan kata-kata seperti "rela menerima," "mencium wajahmu sejuk," dan "lawee bulan lawee bulan" memberikan kekuatan ekspresif pada puisi.

Puisi "Lawee Bulan" menciptakan suasana puitis yang penuh dengan romantisme dan keindahan alam. L.K. Ara berhasil menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya dan merangkai gambaran indah tentang sungai bulan yang memegang peran penting dalam kehidupan masyarakatnya.

Puisi
Puisi: Lawee Bulan
Karya: L.K. Ara

Catatan:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937. 
© Sepenuhnya. All rights reserved.