Puisi: Malam Pengantin (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Malam Pengantin" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan pengalaman perempuan dalam momen yang intim dan penuh hasrat.
Malam Pengantin


        Semalam ketika aku membaringkan diri di tempat tidur tiba-tiba aku berubah menjadi perempuan. Dadaku bersusu dan perutku bercelah.

        Aku sudah mengharapkan hal itu, tetapi tidak mengira bahwa itulah saatnya akan terjadi. Aku lantas tahu, bahwa malam itu dia akan tiba.

        Betullah, dia menghampiri aku dari balik kelambu, penuh napsu tetapi terkekang perasaannya seperti layaknya penganten baru.

        Kami tidak berkata-kata, tetapi sekaligus kami saling mengerti. Kami berbicara lewat tubuh, lewat napas, lewat lambang. Dia ingin mengandungi aku dengan benih ilhamnya.

        "Sudah lama kau menanti."
        Dia diam saja dan memelukku sampai aku susah bernapas lagi. "Mati aku, mati aku!" keluhku.

        Dia mengisyaratkan kepadaku supaya aku tidak usah takut. Tetapi aku tidak bisa menahan ngeriku waktu menyerah. Di puncak nikmat aku hampir tak sadarkan.

        Waktu terbangun dari kesima terlepas dari mulutku tembang asmara.


Sumber: Hari dan Hara (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Malam Pengantin" karya Subagio Sastrowardoyo adalah karya sastra yang menggambarkan pengalaman perempuan dalam konteks malam pernikahan. Puisi ini menciptakan narasi yang intim dan penuh dengan imajinasi.

Transformasi dan Eksplorasi Identitas: Puisi ini dimulai dengan pernyataan bahwa perempuan yang menjadi narator mengalami transformasi menjadi seorang perempuan. Ini bisa diartikan sebagai sebuah metafora untuk eksplorasi identitas dan perasaan perempuan. Transformasi ini terjadi tanpa penjelasan yang jelas, menciptakan nuansa misteri.

Peningkatan Tensi dan Keintiman: Puisi ini menciptakan ketegangan yang meningkat seiring perkembangan cerita. Ketika "dia" muncul, ada perasaan keintiman yang tumbuh antara narator dan "dia." Meskipun tidak ada kata-kata yang diucapkan, komunikasi terjadi melalui tubuh, napas, dan lambang. Hal ini menciptakan suasana yang sensual dan penuh hasrat.

Penekanan pada Pengalaman Fisik: Puisi ini menyoroti pengalaman fisik dari perspektif narator. Bahasa yang digunakan sangat deskriptif, seperti "dadaku bersusu" dan "perutku bercelah," menciptakan gambaran yang kuat tentang pengalaman fisik perempuan dalam momen ini.

Simbolisme dan Metafora: Puisi ini mengandung elemen-elemen simbolis dan metaforis. Malam pengantin dapat diartikan sebagai simbol untuk perubahan, transformasi, atau pencarian identitas. Penggunaan lambang seperti "benih ilham" dan "tembang asmara" menciptakan kedalaman dalam interpretasi puisi.

Kebangkitan Pasca-Ekstase: Puisi ini mengakhiri narasinya dengan narator yang terbangun dari pengalaman yang intens. Ini menciptakan kontras antara ekstase dan kembali ke realitas. Tembang asmara yang keluar dari mulut narator mungkin menggambarkan ekspresi kegembiraan atau pembebasan setelah pengalaman malam pengantin.

Puisi "Malam Pengantin" karya Subagio Sastrowardoyo adalah karya yang menggambarkan pengalaman perempuan dalam momen yang intim dan penuh hasrat. Puisi ini mengeksplorasi tema transformasi, identitas, dan ekstase melalui penggunaan bahasa deskriptif dan simbolis.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Malam Pengantin
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.