Puisi: Masih Ada Sisa Usia (Karya Fridolin Ukur)

Puisi "Masih Ada Sisa Usia" karya Fridolin Ukur menggambarkan pemikiran yang dalam tentang waktu, kenangan, dan arti kehidupan.
Masih Ada Sisa Usia

Jika dihitung lingkar bumi
mengitari matahari, menjerat waktu
sejak aku terlempar dari rahim ibu
siapa duga, setengah abad sudah
kuhirup udara
dalam galaksi bima sakti

        terasa bagai segumpal kapas
        terbang terbawa angin lembut
        memburu ujung langit
pelan mengelus kenang
pada mimpi
pada rindu
pada harap
pada cinta

waktu kututup kemarin yang sudah lewat
tersingkap hari-hari penuh kurnia
tak satu pun tanpa berkat,
karena debur yang tak pernah berhenti
        di kaki bulan
        di ubun mentari
        di panas malam
        di jantung pagi

adalah cinta yang menyapa bumi
keabadian mencium fana
        masih ada sisa usia
        untuk menabur cinta
        sebelum cakrawala menciut,
        kerentaan memburu
        dan pamit akhir dengan maut


Jakarta, 5 April 1980

Analisis Puisi:
Puisi "Masih Ada Sisa Usia" karya Fridolin Ukur adalah refleksi tentang perjalanan hidup seseorang yang telah menghabiskan setengah abad di dunia. Puisi ini menggambarkan pemikiran yang dalam tentang waktu, kenangan, dan arti kehidupan.

Pengalaman Hidup: Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup penulis sejak lahir hingga usia setengah abadnya. Ukur menggunakan perhitungan lingkar bumi mengelilingi matahari sebagai simbol perjalanan hidup yang panjang. Dia merenungkan tentang waktu yang telah dihabiskannya di dunia, dari saat dia dilahirkan hingga saat ini.

Sensasi dan Perenungan: Ukur menyampaikan perasaannya dengan menggunakan bahasa yang indah dan menggugah. Dia menciptakan gambaran tentang waktu yang berlalu dengan "terasa bagai segumpal kapas" yang terbawa oleh angin lembut. Ini menciptakan sensasi kedamaian dan refleksi dalam pembaca.

Kenangan dan Emosi: Penyair mencerminkan kenangan, rindu, harapan, dan cinta dalam puisi ini. Dia menutup kemarin yang telah lewat, tetapi membuka pintu pada hari-hari yang penuh dengan berkat. Perasaan yang terungkap di sini menunjukkan keragaman pengalaman manusia dan pentingnya menghargai setiap momen dalam hidup.

Keabadian Cinta dan Kerentaan: Puisi ini mengeksplorasi tema keabadian cinta dan kerentaan hidup manusia. Meskipun penulis menyadari kerapuhan dan keterbatasan manusia, ia menemukan kekuatan dalam sisa usia yang dimilikinya untuk menabur cinta. Ini menggambarkan harapan dan tekad untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan kasih sayang, meskipun kematian tetap menjadi akhir dari setiap perjalanan.

Kekuatan dan Ketegasan: Meskipun puisi ini mencerminkan perenungan dan introspeksi, ada juga kekuatan dan ketegasan dalam kata-kata penulis. Dia menegaskan bahwa meskipun waktu terus berjalan dan kematian mengintai, masih ada kesempatan untuk hidup dengan penuh makna dan menciptakan jejak-jejak cinta dalam hidupnya.

Dengan menggabungkan keindahan bahasa dan kedalaman makna, puisi "Masih Ada Sisa Usia" menjadi sebuah puisi yang memikat dan menginspirasi pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, waktu, dan cinta dalam perjalanan hidup manusia.

Puisi
Puisi: Masih Ada Sisa Usia
Karya: Fridolin Ukur

Biodata Fridolin Ukur:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.