Puisi: Pengungsi-Pengungsi (Karya Leon Agusta)

Puisi "Pengungsi-Pengungsi" menggambarkan perjalanan penuh ketidakpastian, ketakutan, dan perjuangan tanpa akhir, memberikan penekanan pada ...
Pengungsi-Pengungsi


Dari ketinggian langit tanpa batas
Telah turun kabar, sorga tak ada di sana
Dari kedalaman laut tanpa dasar
Telah sampai berita, tak ada harta karun di sana
Di perbatasan cuma pasir, pantai dan gunung batu
Berselimut kabut tebal, berbantal badai topan

Dalam kegelapan petir juga yang menunjukkan arah tujuan
Lihat! Terdengar seru di antara galauan pekik mereka
Di perbukitan sana masih berkeliaran kawanan serigala
Kita dapat berkelahi di seluruh padang-padang perburuan
Di teluk-teluk dan muara sungai masih ada buaya-buaya

Mereka pun berpencar meninggalkan pantai gelap itu
Yang punya tombak berlari menuju muara sungai
Yang punya parang berkejaran ke arah hutan belantara
Laut, hutan, mulut dan matanya seperti kuburan biru

Rupanya mereka adalah gerombolan orang-orang banal
Tak seorang pun di antara mereka yang dapat didengar
kesaksiannya atas seluruh peristiwa di perbukitan dan
di muara sungai yang bermandikan darah itu
Tak siapapun lagi yang dapat membedakan hewan
dengan saudaranya sendiri lantaran begitu asyiknya
mereka memainkan senjata masing-masing.

Iowa City, 1976

Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Pengungsi-Pengungsi" karya Leon Agusta adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran visual yang kuat dan mendalam mengenai perjuangan, perpindahan, dan kekerasan yang dihadapi oleh para pengungsi. Dengan nada yang gelap dan penuh dengan nuansa tragis, puisi ini membangkitkan serangkaian gambaran yang menggugah perasaan pembaca.

Gambaran Perjuangan Pengungsi: Puisi ini menggambarkan kehidupan para pengungsi sebagai sebuah perjuangan yang memilukan. Mereka terpaksa meninggalkan tanah air dan tempat tinggal mereka, yang pada saat yang sama penuh bahaya dan kekerasan.

Kehidupan yang Tersesat: Penggambaran tempat tinggal yang ditinggalkan oleh pengungsi sebagai tempat yang hilang harapan, penuh bahaya dan kekacauan. Paduan gambaran langit, laut, hutan, dan binatang buas menjadi metafora dari kengerian dan keputusasaan yang melanda para pengungsi dalam perjalanan mereka.

Ketidaktahuan dan Kegelapan: Ada ketidakpastian yang kuat di sepanjang puisi, gambaran ketidakmampuan pengungsi dalam menemukan tempat yang aman, perasaan ketidakjelasan, dan peristiwa yang tak terduga. Kekacauan dan kegelapan pada beberapa bagian puisi ini memperkuat kesan ketidakpastian dalam kehidupan para pengungsi.

Puisi ini menyajikan pandangan yang sangat realistis tentang pengalaman para pengungsi dan kengerian dalam kehidupan mereka. Ia menggambarkan perjalanan penuh ketidakpastian, ketakutan, dan perjuangan tanpa akhir, memberikan penekanan pada keputusasaan yang dialami oleh orang-orang yang terpinggirkan.

Leon Agusta
Puisi: Pengungsi-Pengungsi
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.