Sumber: Selembar Daun (1974) dan Fragmen Malam, Setumpuk Soneta (1997)
Analisis Puisi:
Puisi "Salju" karya Wing Kardjo menghadirkan gambaran puitis tentang perubahan musim dan pertanyaan filosofis tentang perjalanan hidup.
Metafora Salju: Salju dalam puisi ini bukan hanya sebuah fenomena alam, tetapi juga menjadi simbol perubahan, kehilangan, dan keheningan. Turunnya salju menggambarkan datangnya masa-masa sulit, ketika segala sesuatu tampak terhenti dan terkubur di bawah lapisan dingin.
Pertanyaan Filosofis: Penyair menanyakan ke mana seharusnya manusia pergi ketika menghadapi keadaan sulit, kesedihan, dan ketidakpastian. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan kegelisahan dan pencarian akan arti hidup, serta tempat mencari perlindungan dan kehangatan ketika dunia terasa dingin dan gelap.
Kehilangan dan Kesendirian: Turunnya salju juga melambangkan kehilangan, seperti pohon yang kehilangan daunnya. Ketika musim dingin tiba, alam menjadi sunyi dan dingin, menciptakan suasana kesendirian dan kekosongan.
Pencarian Makna: Dalam keheningan dan kekosongan, penyair mencari makna dan harapan. Dia merenungkan tempat mencari kehangatan dan perlindungan saat kehidupan terasa dingin dan sulit.
Kesimpulan tentang Pencarian Diri: Dengan pertanyaan-pertanyaan filosofisnya, puisi ini menyiratkan bahwa dalam keadaan sulit dan hening, manusia seharusnya mencari jawaban di dalam dirinya sendiri. Pencarian makna hidup tidak selalu memerlukan perjalanan fisik, tetapi lebih pada proses introspeksi dan pertumbuhan spiritual.
Dengan demikian, puisi "Salju" karya Wing Kardjo merupakan sebuah puisi yang menggambarkan ketidakpastian, kehilangan, dan pertanyaan eksistensial dalam kehidupan manusia, serta pentingnya pencarian makna dan kehangatan dalam keadaan sulit.