Puisi: Senjata (Karya Abdul Wahid Situmeang)

Puisi "Senjata" karya Abdul Wahid Situmeang menciptakan gambaran kuat tentang perjuangan pahlawan dengan mengangkat simbolisme keringat dan darah ...
Senjata


Keringat mengucur darah memancur
dari dada pahlawan yang gugur
panji perjuangan pantang mundur
merebut tampuk hati
serta menggenggamnya dalam kepalan
dalam arus waktu yang menghapus kesabaran

Senjata kita adalah keringat
Senjata kita adalah darah
Keringat dan darah dari jiwa yang luhur


Sumber: Angkatan 66 (1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Senjata" karya Abdul Wahid Situmeang menciptakan gambaran kuat tentang perjuangan pahlawan dengan mengangkat simbolisme keringat dan darah sebagai senjata utama.

Pahlawan Gugur, Pemandangan Epik Perjuangan: Puisi membuka dengan gambaran keringat yang mengucur dan darah yang memancur dari dada pahlawan yang gugur. Ini menciptakan pemandangan epik perjuangan, di mana pahlawan menghadapi tantangan dengan keberanian yang luar biasa.

Panji Perjuangan, Lambang Kemandirian dan Kekuatan: Panji perjuangan diangkat sebagai lambang kemandirian dan kekuatan. Pahlawan tidak pantang mundur dalam menghadapi perjuangan dan merebut tampuk hati tanah air. Panji perjuangan menjadi simbol semangat juang yang tidak bisa dipatahkan.

Arus Waktu yang Mengejar, Tantangan Perubahan dan Kesabaran: Puisi menyoroti arus waktu yang terus bergerak, menghapus kesabaran. Ini mencerminkan tantangan perubahan dan perjalanan waktu yang dapat memudarkan kenangan dan pengorbanan pahlawan. Meskipun demikian, semangat perjuangan terus hidup dalam ingatan.

Senjata Kita adalah Keringat dan Darah, Simbolisme Kekuatan Sejati: Pernyataan bahwa senjata kita adalah keringat dan darah menghadirkan simbolisme mendalam. Keringat mencerminkan kerja keras, tekad, dan pengorbanan, sementara darah menjadi simbol pengorbanan penuh keberanian. Senjata ini bukanlah logam dingin, melainkan kekuatan yang muncul dari jiwa yang luhur.

Puisi "Senjata" adalah puisi yang menghadirkan penghormatan kepada pahlawan dan perjuangan mereka. Dengan menggunakan simbolisme keringat dan darah sebagai senjata utama, Abdul Wahid Situmeang berhasil menciptakan gambaran heroik tentang pengorbanan yang memancar dari kekuatan jiwa yang luhur. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai keberanian dan semangat juang yang dapat menginspirasi generasi-generasi yang akan datang.

Puisi Abdul Wahid Situmeang
Puisi: 
Karya: Abdul Wahid Situmeang

Biodata Abdul Wahid Situmeang:
  • Abdul Wahid Situmeang lahir pada tanggal 22 Juni 1936 di Sibolga, Tapanuli Selatan.
  • Abdul Wahid Situmeang adalah salah satu sastrawan angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.