Puisi: Angin (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Angin" karya Bakdi Soemanto merangkum perjalanan hidup, pencarian kenangan, dan ketidakpastian manusia melalui metafora angin.
Angin


Angin dari mana
datangnya menghiba
di saraf duka.

Menempuh ribuan
kilometer, dalam kegalauan
mencari kenang, jika sempat jadi pelabuhan.

Tak ada yang bisa ditawar
dalam kehidupan, tak bisa dihindar
di dinding hati menebar.

Dengan gampang keyakinan
yang tinggal, bukan kepastian
soalnya, hidup mengukir jalanan.

Angin yang menempuh
hidup yang menempuh angin, mengaduh
di pangkuanmu, nini, biarkan sejenak berteduh.

Hari baru bukan mesti pagi
cerah, barangkali malam hujan lebar, pasti
aku berangkat lagi.
Kutinggalkan sebagian hati,
simpanlah, nini
dalam sajak, barangkali bisa abadi.

1974

Sumber: Kata (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Angin" karya Bakdi Soemanto menggambarkan angin sebagai metafora untuk perjalanan hidup, kegalauan, dan pencarian kenangan dalam kondisi duka. Penyair menggambarkan hubungan antara angin dan manusia melalui perasaan kehilangan, keinginan untuk menemukan makna, dan harapan akan keabadian.

Simbolisme Angin: Angin dalam puisi ini mewakili perjalanan hidup dan penjelajahan emosional manusia. Seperti angin yang datang dari tempat yang tidak diketahui, kehidupan manusia juga membawa ketidakpastian dan tantangan yang harus dihadapi. Angin juga melambangkan perasaan batin yang menghanyutkan dan membawa duka.

Pencarian Kenangan: Penyair menggambarkan angin sebagai entitas yang mencari "kenang" atau kenangan. Ini menggambarkan keinginan manusia untuk menyelusuri masa lalu dan menemukan kembali momen-momen berharga yang telah hilang. Pencarian ini terjadi dalam "kegalauan" dan dalam "saraf duka," menggarisbawahi rasa kehilangan yang mendalam.

Ketidakpastian Hidup: Puisi ini menyiratkan bahwa kehidupan tidak bisa ditawar atau dihindari. Penyair menggambarkan kehidupan sebagai entitas yang memiliki jalan yang sudah ditentukan, seperti angin yang membentuk jalurnya. Ini menunjukkan bahwa kita harus menghadapi dan menerima ketidakpastian yang ada dalam hidup.

Keabadian dalam Sastra: Penyair merenungkan kemungkinan keabadian melalui sastra. Dia menciptakan sajak sebagai wadah untuk "menyimpan sebagian hati" dan berharap bahwa melalui kata-kata, perasaan dan kenangan dapat hidup dalam bentuk yang abadi. Ini mencerminkan keinginan manusia untuk meninggalkan jejak yang akan dikenang di tengah aliran waktu.

Puisi "Angin" karya Bakdi Soemanto merangkum perjalanan hidup, pencarian kenangan, dan ketidakpastian manusia melalui metafora angin. Melalui gambaran angin yang mencari kenangan dalam kondisi duka, penyair mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti hidup, kehilangan, dan harapan akan keabadian melalui karya sastra.

Bakdi Soemanto
Puisi: Angin
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.