Puisi: Aubade (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi "Aubade" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah suatu penghormatan terhadap keindahan pagi yang dihidupkan melalui perumpamaan musik dan ....
Aubade


matahari mencipta musik pagi hari
sebagai dirigent profesional maestro
memimpin musik alam menyala warna
kuncup-kuncup mawar bersama mekar
kuncup-kuncup aster membuka putiknya
bersama melati dan teratai putih
kenanga, cempaka, bahkan randu hutan
koor bersama mengayun suara
mengobarkan langit pagi

burung-burung pipit menjerit-jerit
lebah, kupu, dan burung-burung kolibri
menari-nari ngikuti musik pagi
bunga-bunga di lembah bunga-bunga di hutan
memberikan musik meriah
dalam tarian alam yang megah
di bawah dirigent Sang Matahari
membahanakan langit pagi


16 Desember 1992

Sumber: Aubade (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Aubade" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah suatu penghormatan terhadap keindahan pagi yang dihidupkan melalui perumpamaan musik dan konduktor alam. Dalam analisis ini, kita akan menjelajahi beberapa elemen kunci yang mencerminkan keindahan, harmoni, dan ritme dalam puisi ini.

Judul Puisi: "Aubade": Judul puisi, "Aubade," merujuk pada genre puisi yang sering menggambarkan momen pagi atau fajar. Sebagai genre yang penuh dengan nuansa keindahan dan kebangkitan, "Aubade" menjadi pintu masuk yang tepat untuk eksplorasi puisi tentang kebangunan pagi.

Musik Pagi Sebagai Metafora Kehidupan: Puisi ini memulai dengan perumpamaan yang menggambarkan matahari sebagai seorang dirigent profesional maestro yang menciptakan musik pagi. Musik pagi menjadi metafora kehidupan, di mana segala elemen alam berpadu dalam harmoni, seperti kuncup-kuncup mawar, aster, melati, teratai, kenanga, cempaka, dan randu hutan.

Warna dan Kecemerlangan Alam: Dengan menggambarkan kuncup-kuncup mawar dan bunga-bunga lain yang bersama-sama mekar, puisi ini menciptakan citra warna dan kecemerlangan dalam keindahan pagi. Pilihan kata "menyala warna" memberikan kesan kehidupan dan vitalitas alam yang bergelora ketika pagi tiba.

Tarian Alam yang Megah: Puisi menggambarkan burung-burung pipit, lebah, kupu-kupu, dan burung kolibri yang menari-nari mengikuti musik pagi. Tarian alam yang megah ini menciptakan gambaran indah tentang kehidupan yang merayakan kebangkitan pagi dengan keanggunan dan kegembiraan.

Langit Pagi sebagai Panggung: Langit pagi diibaratkan sebagai panggung yang dibahanakan oleh Sang Matahari. Konsep ini menciptakan gambaran bahwa matahari adalah pemimpin yang membimbing dan mencerahkan seluruh pementasan pagi ini.

Bunyi Alam yang Harmonis: Puisi menonjolkan bunyi alam yang harmonis, seperti burung-burung pipit yang menjerit-jerit, lebah, kupu-kupu, dan burung kolibri yang menari-nari. Suara-suara ini menjadi bagian integral dari musik pagi, menciptakan atmosfer yang indah dan penuh kehidupan.

Imajinasi dan Realisme Alam: Rachmat Djoko Pradopo menggunakan imajinasi untuk menggambarkan tarian dan musik alam, tetapi dalam konteks realisme. Deskripsi yang hidup tentang bunga-bunga di lembah dan hutan menghidupkan keindahan alam, memberikan nuansa autentik dan nyata.

Secara keseluruhan, "Aubade" karya Rachmat Djoko Pradopo dapat dianggap sebagai puisi pujian terhadap keindahan alam dan keajaiban pagi. Puisi ini tidak hanya menciptakan gambaran indah tentang alam, tetapi juga mengundang pembaca untuk merenungkan keharmonisan kehidupan dan kebangkitan yang terjadi setiap pagi. Melalui kata-kata yang indah dan penggambaran yang kuat, puisi ini mengajak kita meresapi dan menghargai keajaiban yang ada di sekitar kita setiap harinya.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Aubade
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.
© Sepenuhnya. All rights reserved.