Puisi: Elegi Kejujuran (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Elegi Kejujuran" mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai kejujuran dan bagaimana nilai-nilai tersebut diartikan dan diterima dalam ...
Elegi Kejujuran

Alkisah,
di puncak pohon ada buah kejujuran
sudah ranum dan amat elok dipandang
berkilau dan baunya sebarkan harum
heran, tak ada yang petik, tak seorang

seorang anak lelaki tertarik padanya
dengan sigap segera ia panjat pohon
buah kejujuran dipeluknya erat-erat
"buah langka ini pasti mahal", pikirnya

Ia pun menjajakannya kemana-mana
dengan riang ia membawanya ke taman
orang-orang mencibir bahkan tampak jijik
padahal ia rasakan bunga-bunga tertunduk

sedih hatinya saat buah itu ia bawa pulang
mendengar kisahnya, orangtuanya terharu
anak itu tak henti memeluk buah langkanya
buah ‘kejujuran’ itu pun menitikkan air mata

Jakarta, 18 Juni 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Elegi Kejujuran" karya Aspar Paturusi adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen imajinatif dan reflektif untuk mengeksplorasi tema kejujuran dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Metafora Buah Kejujuran: Puisi ini menggunakan metafora buah kejujuran sebagai simbol kejujuran dalam kehidupan. Buah tersebut digambarkan sebagai sesuatu yang indah, ranum, dan harum, menciptakan citra positif tentang nilai kejujuran.

Pencarian Nilai dan Harga: Anak lelaki dalam puisi ini melihat buah kejujuran sebagai sesuatu yang bernilai tinggi dan mahal. Pencariannya untuk mendapatkan dan memahami kejujuran diwakili melalui gambaran anak tersebut yang dengan sigap memanjat pohon untuk mencapai buah tersebut.

Tindakan Sosial dan Respon Masyarakat: Ketika anak lelaki membawa buah kejujuran ke taman dan menjajakannya, masyarakat memberikan respon negatif. Ini mencerminkan sikap skeptis atau bahkan penolakan terhadap kejujuran dalam realitas sosial. Penerimaan sosial terhadap kejujuran kadang-kadang dapat dianggap aneh atau tidak sesuai dengan norma.

Emosi dan Empati: Pada akhir puisi, ketika anak tersebut membawa buah kejujuran pulang dan orangtuanya mendengar kisahnya, suasana hati anak tersebut tergambar melalui perasaan sedih. Kesedihannya diresapi oleh empati dari orangtuanya, yang terharu melihat nilai yang ia temui di dalam kejujuran.

Kritik terhadap Sikap Sosial: Puisi ini menyiratkan kritik terhadap sikap sosial yang mungkin meremehkan atau menilai rendah pada nilai-nilai seperti kejujuran. Penerimaan masyarakat terhadap kejujuran diukur dari sikap mereka terhadap anak tersebut yang membawa buah tersebut.

Pemilihan Kata dan Ekspresi: Penyair memilih kata-kata dengan cermat untuk menciptakan gambaran yang indah dan kuat. Ungkapan seperti "heran," "riang," dan "tampak jijik" menciptakan kontras yang kuat untuk menyampaikan kompleksitas dan dinamika dalam masyarakat terhadap kejujuran.

Puisi "Elegi Kejujuran" adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai kejujuran dan bagaimana nilai-nilai tersebut diartikan dan diterima dalam masyarakat. Melalui gambaran buah kejujuran dan pengalaman anak lelaki, Aspar Paturusi berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang pentingnya tetap teguh pada nilai-nilai positif, bahkan dalam menghadapi sikap skeptis dari lingkungan sekitar.

Aspar Paturusi
Puisi: Elegi Kejujuran
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.