Puisi: Ibadah Ramadhan (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Ibadah Ramadhan" menggambarkan perjalanan rohaniah yang kompleks selama bulan Ramadhan. Dengan merenung pada kehidupan sehari-hari, ...
Ibadah Ramadhan


tentu saja kuharap ibadah ramadhanku sempurna
sungguh kusadari betapa mudah rapuh imanku
sekalipun puasa utuh sebulan penuh
aku tak berdaya mengikis dengki di hati
aku tak kuasa melenyapkan amarah
aku membiarkan pandang curiga di mata

sekitar hamba penuh hal-hal yang aneh, ya Allah
saudaraku tewas diinjak saat memburu sedekah
di negeri hamba kaum papa kian bertambah
namun kaum kaya juga kian banyak di depan mata
jurang dalam pun kian lebar menganga

jadi kubawalah ibadah ramadhanku ke rumah-Mu
kusujudkan wajahku rapat-rapat di lantai-Mu
aku gugup dan gagap melafalkan doa-doa
hamba memang tak berdaya

tetap tekadku tak henti berdoa
lantaran pada saat seperti ini
aku teduh dipeluk doa


Jakarta, 14 September 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Ibadah Ramadhan" karya Aspar Paturusi merangkum perenungan dan keinginan yang mendalam selama bulan suci Ramadhan. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menyentuh aspek-aspek kritis dari kehidupan sehari-hari dan perjuangan dalam menjalani ibadah.

Kesadaran Akan Keterbatasan dan Rapuhnya Iman: Penyair puisi menyadari kelemahan dirinya dan kekuatan iman yang mudah rapuh. Hal ini tercermin dari ungkapan "kuharap ibadah ramadhanku sempurna," yang menunjukkan keinginan untuk mencapai kesempurnaan, meskipun menyadari kerapuhan iman.

Tantangan Menghadapi Nafsu Diri: Puisi mencerminkan kesulitan dalam mengendalikan nafsu dan emosi pribadi. Meskipun berpuasa sebulan penuh, penyair merasa tak berdaya mengatasi sifat-sifat negatif seperti dengki, amarah, dan pandang curiga.

Pemahaman terhadap Kesenjangan Sosial: Penyair mencatat ketidakadilan dan kesenjangan sosial di sekitarnya selama bulan Ramadhan. Dengan menyebutkan tragedi seorang saudara yang tewas saat memburu sedekah, puisi menggambarkan kontras antara penderitaan kaum papa dan kekayaan yang semakin meluas.

Pemindahan Fokus pada Ibadah: Penyair menyadari keterbatasannya untuk mengubah realitas sosial dan memilih membawa ibadahnya langsung kepada Tuhan. Pemindahan fokus dari permasalahan dunia kepada ibadah dan doa menunjukkan tekad untuk mencari ketenangan dan bimbingan langsung dari Sang Pencipta.

Tekad dan Kerendahan Hati: Penyair menyatakan tekad untuk membawa ibadah Ramadhan dengan rendah hati dan mengakui keterbatasannya sebagai hamba. Ungkapan "tetap tekadku tak henti berdoa" menegaskan kesungguhan untuk terus berdoa meskipun dalam keadaan yang lemah.

Puisi "Ibadah Ramadhan" menggambarkan perjalanan rohaniah yang kompleks selama bulan Ramadhan. Dengan merenung pada kehidupan sehari-hari, penyair mengejar kesempurnaan ibadah dan mencari pemahaman lebih dalam tentang diri sendiri serta hubungan dengan Tuhan.

Aspar Paturusi
Puisi: Ibadah Ramadhan
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.