Puisi: Kisah Burung-Burung Beo (Karya Leon Agusta)

Puisi "Kisah Burung-Burung Beo" karya Leon Agusta menghadirkan gambaran tentang transformasi dan penipuan yang terjadi dalam kehidupan. Puisi ini ....
Kisah Burung-Burung Beo


Burung beo di dalam sangkar itu
Dulunya adalah seorang filosof
Konon kata orang dia juga seorang ahli hukum
Bertahun-tahun dalam hidupnya dia telah dengan gigih
Mengajarkan kejujuran dan keadilan bagi rakyatnya
Hingga, setelah melalui perjalanan yang panjang

Dia sampai di satu tikungan berbukit batu.
Ia teramat letih.
Dan seseorang pun datang
Membisikkan sesuatu kepadanya

Kemudian, mereka menghilang di balik tikungan itu
Lama sekali tak ada kabar tentang sang filosof
Gema suaranya pun sudah menghilang
Sampai suatu hari orang-orang mulai mendengar cerita

Tentang burung-burung beo yang tinggal dalam sangkar emas
Gemuk-gemuk dan sangat manja, tapi sangat pendendam
Konon, seekor diantaranya adalah filosof itu
Kini, bila anakku Hukla Inna Alyssa mendengar

Orang-orang bicara lembut penuh petunjuk dan ajaran
Segera saja ia menutup kedua telinganya
Dan menatap dengan jelas kemudian wajahnya pucat pasi
Melihat banyaknya burung-burung beo menyamar jadi filosof


Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Kisah Burung-Burung Beo" karya Leon Agusta menghadirkan gambaran tentang transformasi dan penipuan yang terjadi dalam kehidupan. Puisi ini menggunakan burung beo sebagai simbol untuk menggambarkan peran yang berubah dan pemalsuan identitas yang terjadi di dunia manusia.

Puisi ini dimulai dengan pengenalan tentang burung beo di dalam sangkar yang dulunya dikatakan sebagai seorang filosof dan ahli hukum. Burung beo ini disajikan sebagai tokoh yang bijaksana dan berperan penting dalam mengajarkan kejujuran dan keadilan kepada rakyatnya. Namun, perjalanan hidupnya membawanya ke sebuah tikungan berbukit batu yang membawa perubahan yang drastis dalam hidupnya.

Pada tikungan itu, sang filosof bertemu dengan seseorang yang memberinya informasi atau nasihat tertentu. Namun, setelah pertemuan itu, sang filosof menghilang dan suaranya tidak lagi terdengar. Cerita tentang burung-burung beo yang tinggal dalam sangkar emas kemudian mulai tersebar. Mereka dikisahkan sebagai burung-burung yang gemuk, manja, dan pendendam, dengan klaim bahwa salah satunya adalah sang filosof yang hilang.

Puisi ini menyampaikan pesan tentang ketidakjujuran dan pemalsuan identitas yang terjadi dalam masyarakat. Burung beo, yang semula menjadi simbol kebijaksanaan dan keadilan, berubah menjadi peniru yang menyamar sebagai filosof. Hal ini mencerminkan keadaan di dunia manusia, di mana seseorang bisa dengan mudah menyamar dan berperan sebagai sesuatu yang sebenarnya tidak mereka miliki.

Melalui penggunaan simbol burung beo, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kepalsuan dan manipulasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga menyoroti pentingnya kewaspadaan dan pemahaman yang mendalam terhadap apa yang dihadapi, agar kita tidak terjebak dalam penipuan dan tipu daya.

Secara keseluruhan, "Kisah Burung-Burung Beo" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perubahan dan penipuan dalam kehidupan, serta mengajak pembaca untuk lebih waspada dan berpikir kritis terhadap hal-hal yang ada di sekitar kita.

Leon Agusta
Puisi: Kisah Burung-Burung Beo
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.