Puisi: Matahari (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Matahari" karya Bakdi Soemanto merenungkan cahaya sebagai simbol energi, makna kehidupan, dan ketidakpastian dalam perjalanan manusia.
Matahari


Matahari terbit
Matahari tenggelam
Di hatiku, engkau tidak pernah terbit
dan tidak pernah pula tenggelam.
Karena engkau adalah cahaya.
adalah tenaga
yang membuat jantungku berdegup
selama hayat dikandung badan.
Tetapi siapakah engkau
Yang mengusik di tengah malam
dalam lelap tidurku.
Yang membuatku terjaga
dan mataku terbuka
untuk melihat yang tidak tampak
di siang yang benderang;
yang membuatku terjaga
dan telingaku terbuka
untuk mendengar yang tidak terdengar
di hiruk pikuk dan hingar bingar?
Adakah engkau detak kehidupan
yang mendegupkan jantung harapan
di tengah sejarah yang muram:
manusia yang menyimpan senjata genggam
ketika kita berjabat tangan?

Yogyakarta, Maret 1983

Sumber: Horison (Februari, 1984)

Analisis Puisi:
Puisi "Matahari" karya Bakdi Soemanto adalah sebuah refleksi mendalam tentang kehadiran dan makna cahaya dalam hidup, serta pertanyaan yang dihadapkan pada diri sendiri dan dunia di sekitarnya. Dengan menggunakan gambaran matahari sebagai pusat perhatian, penyair merenungkan arti hakiki dari cahaya dalam berbagai aspek kehidupan.

Makna Matahari: Matahari dalam puisi ini bukan hanya elemen alam yang memberikan cahaya dan kehangatan fisik, tetapi juga memiliki makna simbolis yang lebih mendalam. Matahari di sini mewakili energi, kehadiran, dan makna kehidupan. Penyair mengeksplorasi aspek ketidakpastian dan kedalaman manusia melalui matahari sebagai simbol.

Cahaya sebagai Energi dan Hidup: Penyair menghubungkan cahaya matahari dengan tenaga dan kehidupan. Matahari dianggap sebagai sumber energi yang membuat "jantung berdegup" dan menjaga kehidupan tetap berjalan. Ini mencerminkan konsep bahwa cahaya bukan hanya cahaya fisik, tetapi juga metafora untuk vitalitas dan semangat dalam hidup manusia.

Ketidakpastian dan Kehidupan: Puisi ini menciptakan kontras antara ketidakpastian hidup dan cahaya yang membuka mata. Ketidakpastian diungkapkan melalui pertanyaan tentang identitas dan makna hakiki dari apa yang dihadapi penyair dalam tidurnya. Cahaya yang mengusik di tengah malam mewakili keraguan dan pertanyaan yang mengganggu, mengingatkan pembaca bahwa kehidupan seringkali penuh dengan tantangan dan pertanyaan yang tak terjawab.

Pertanyaan Moral: Penyair juga mengajukan pertanyaan moral melalui pertanyaannya tentang manusia yang menyimpan senjata genggam ketika berjabat tangan. Ini menggambarkan konflik dan hipokrisi dalam hubungan manusia, di mana tindakan luar mungkin bertentangan dengan niat dan hati batin. Pertanyaan ini merangkul tema moralitas dan pertanyaan etis yang relevan dalam masyarakat.

Puisi "Matahari" karya Bakdi Soemanto merenungkan cahaya sebagai simbol energi, makna kehidupan, dan ketidakpastian dalam perjalanan manusia. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, penyair menyoroti kompleksitas hidup dan hubungan manusia dengan hakikatnya, serta mengajak pembaca untuk merenungkan esensi keberadaan dan moralitas dalam masyarakat.

Bakdi Soemanto
Puisi: Matahari
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.